Minggu, 31 Juli 2011

Alexander Patandean Pimpin KNPI Tator Periode 2011-2014

Setelah rangkaian acara yang berlangsung dimulai tgl 29 Juli 2011, ssidang pleno pemilihan ketua, dipimpin DPD 1, OKP dipercayakan GAMKI dan FKPPI yang diwakili Feryanto Belopadang dan DPK Sangalla selatan, pada dinihari dilaksanakan pemilihan Ketua, dan terpilih Alexander Patandean. Beberapa hal yang menonjol diungkap Alex, panggilan akbrabnya, mengenani kepemudaan diuraikan dalam pokok-pokok renstra dengan penekanan pada pedirian sekretariat, komunikasi dan mediator terhadap Pemkab, dan program-program unggulan yang cukup banyak.



Kegiatan Musda Pemuda/KNPI XI berlangsung dalam suasana yang dinamis, dan betul-betul mencerminkan nuansa Pemuda, yang energik, sprotif dan penuh tanggungjawab. Beberapa ide dan masukan serta kritikan yang muncul semata-mata untuk memperkuat KNPI Tana Toraja sebagai wadah berhimpun OKP di daerah ini.






Selain terbentuknya Kepengurusan baru DPD KNPI Tana Toraja, juga dibentuk dan di-sk-kan MPI (majelis Pemuda Indonesia) yang Diketuai Viasmudji Bitticaca, dan Ferryanto Belopadang sebagai sekretaris dan puluhan anggota yang nantinya akan mengawal dan mengawasi Kinerja DPD KNPI Tana Toraja selama periode 2011-2014.

Pada kesempatan ini, Ketua Partai Pemuda Indonesia DPC Tana Toraja, Ferryanto Belopadang yang juga terpilih sebagai Sekretaris MPI,

menyambut baik terlaksananya kegiatan Musda ini dan salut kepada Panitia dan Pengurus lama yang sudah berhasil melaksanakan Musda dan menyelesaikan tugasnya sampai akhir periodenya. Harapan kami, Kepengurusan yang baru terbentuk segera melaksanakan konsolidasi dan kordinasi yang baik, demi tercapainya kesuksesan dalam wadah keberhimpunan KNPI, demikian harap Ryan(TIM)
Selamat atas suksesnya kegiatan akbar Pemuda di Tana Toraja
»»   Selengkapnya...

Kamis, 28 Juli 2011

MUSDA XI KNPI DILAKSANAKAN, DISEMARAKKAN OKP DAN DPK

Bertempat di pantan Tooraja Hotel,

berlangsung Musda XI KNPI Tana Toraja,dihadiri Bupati Tana Toraja,

Ketua DPRD Tana Toraja, Pimpinan TNI/POLRI, beberapa anggota dewan, Pengurus DPD KNPI Sul-Sel, yang hadir sebanyak 12 orang,Ketua-ketua OKP, DPK se kabupaten Tana Toraja, dalam laporannya, ketua panitia, Aris Zainuddin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak sebagai pemerhati Pemuda yang sudah berpartisipasi terhadap pelaksanaan kegiatan ini.

Sementara Ketua KNPI periode 2008-2011, Viasmudjii Bitticaca,ST,MT, menguraikan beberapa hal kendala pengelolaan kepemudaan dengan istilah virus GELISAH, harapannya" Rapatkan barisan sebagai benteng kesatuan bangsa yang menjelang musda ada kegelian, kelucuan saya sebagai pribadi menghianati falsafah yang sya anut selama ini, sementara saya katakan saya tidak akan maju lagi, jadikan muskab sebagai alat konsolidasi pemuda dan pemilihan yang demokratis untuk kepentingan Pemuda"

Dalam sambutannya, Bupati Tana Toraja Theofilus Allorerung, mengungkapan dengan panjang lebar tenttang pengalamannya di KNPI, "Saya selalu menentang yang dikatakan Putra Mahkota, siapapu yang memenuhi syarat dan mampu, dia bisa terpilih, karena KNPI adalah Laboratorium Kader dan potensi Pemuda" Harapannya, KNPI Tana Toraja seharusnya membangun komunikasi dan membangun jaringan bahkan ke seluruh Indonesia.Dan diakhir sambutannya, dikatakan semoga Pengelolaan Kepemudaan bisa berkembang dan dapat mengembangkan kelembagaannya, Selamat Bermusda, yang utama adalah menyusun program baru mencari figur yang bisa melaksanakan program tersebut".(R1AN)
»»   Selengkapnya...

Rabu, 27 Juli 2011

Ibadah Syukuran Gedung Kampus Akbid Sinar Kasih

Makale-TN Online,


bertempat dikampus akbid Sinar Kasih, dilaksanakan kibadah syukuran Gedung Kampus Akbid Sinar Kasih yang dibina Dr. Zadrak Tombe' yang juga Kadis Kesehatan Kabupaten Tana Toraja semasa Pemerintahan JA Situru'.Ibadah dipimpin beberapa pendeta dan perserta mengikuti dengan hikmat. Ratusan orang ikut beribadah pada syukuran ini, dan diantaranya beberapa pejabat dan tokoh masyrarakat yang hadir. JA Situru', mantan Bupati Tana Toraja 2 periode, Bupati Tana Toraja, Ketua DPRD, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Tana Toraja.



Setelah ibadah dilaksanakan dan rangkaian kelgiatan lainnya, acara disemarakkan dengan Door price yang beruntung mendapatkan hadiah-hadiah menarik. Tampak dalam gambar, Bupati Tana Toraja dan nyonya bersama ketua DPRD Tana Toraja, dideretan sebrang duduk JA Situru'SH mantan Bupati Tana Toraja, Tokoh yang fenomenal dan terlihat sangat bugar.


Sampai berita ini diterbitkan , masih berlangsung pengundian hadiah Door Price.



Segenap Pengelola dan Kru Toraja News Online mengucapkan "Selamat Atas Syukuran Gedung Akbid Lakipadada"
»»   Selengkapnya...

Hari ini, Akbid Sinar Kasih melaksanakan Syukuran Gedung Kampus

Sebagai salah satu lembaga pendidikan ternama di Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara, Akbid Sinar Kasih hari ini melaksanakan sukuran gedung kampus yang selesai pembangunannya. Rencananya kegiatan ini dihadiri Bupati Tana Toraja, Ketua DPRD Tana Toraja, dan beberapa Tokoh masyarakat yang diundang.




Syukuran ini dimaksudkan sebagai tanda syukur dan terima kasih atas selesainya pembangunan gedung kampus yang megah dan paling representatif di daerah ini. Bukan tanpa alasan, saat ini kampus ini memiliki paling banyak ruang kelas, bangunan 3 lantai ini didisain modern dengan banyak bukaan memanfaatkan pencahayaan alamai. Beberapa kegiatan pendahuluan sudah dilakukan diantaranya, kegiatan olahraga dn beberapa kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Pengelola akbid sinar kasih adalah orang yang faham betul kebutuhan dunia pendidikan di bidang kesehatan di daerah ini, buktinya dengan dibukanya kampus ini beberapa waktu lalu, sangat diminati oleh para mahasiswa dari berbagai daerah.

Menjelang pelaksanaan sykuran, malam ini dilakukan final check dan latihan termasuk ekspresi mahasiswanya yang berbaur dengan masyarakat sekitar yang diiringi lantunan lagu dan gerak. Beginilah ekspresi mahaasiswi Akbid Sinar Kasih menarikan tarian pergaulan pemuda "ma'dero'". Hirup pikuk mahasiswa dan masyrakat sekitar selesai pada pukul 23.00 wita, ini merupakan contoh taat aturan dan mereka memahami toleransi bertetangga yang baik dan benar.

Selamat atas selesainya pembangunan gedung kampus akbid sinar kasih, semoga lebih diminati di masa mendatang dan lulusannya akan berbakti bagi nusa bangsa dan daerah ini, serta menjadi kebanggaan keluarganya, semoga.(TIM)
»»   Selengkapnya...

Menjelang Musda XI KNPI Tana Toraja, Beberapa nama mencuat untuk Memimpin KNPI Periode 2011-2014

makale-TN Online, Bertempat di pantan Toraja Hotel pada tanggal 29 Juli 2011 yang tepatnya jatuh hari jumat, akan dilaksanakan Musda KNPI Tana Toraja, ini merupakan awal kebangkitan pengelolaan KNPI sebagai wadah berhimpun dan berprestasi Generasi Muda di Kabupaten Tana Toraja.


Beberapa nama yang mencuat kepermukaan diantaranya Ivan Kala'lembang, Alexander, Paulus Paonganan, Aris Zainuddin, Simbong Ranteallo, Viasmudji Bitticaca yg sekarang ketua, dan Ferryanto Belopadang. Yang terakhir ini adalah Ketua LSM LEKAT, Ketua PPI, juga Pengelola Toraja News Online, yang sehari-harinya akrab disapa RYAN,

dikesehariannya, sering mengangkat hal-hal yang kurang tertangani oleh Pemkab Tana Toraja, seperti Kepedulian terhadap Pemuda dan Potensi Kepemudaan. Ketika ditanyakan mengenai Pelaksanaan Musda KNPI, kembali menurut Ryan,sedapatnya semua komponen Pemuda dan potensi pemuda dilibatkan, jangan ada pembatasan dan lebih banyak figur pemuda yang berminat menawarkan diri memimpin KNPI berarti selama ini KNPI sudah me-lekat di hati OKP dan Pemuda secara utuh, lanjut dikatakannya " Kalau Banyak yang berminat memimpin KNPI berarti pengurus periode kemarin sudah berhasil menjadikan KNPI Tana Toraja dicintai dan dirindukan, dan biarlah pemilik suara yang dengan mandiri dalam menentukan pilihan figur yang paling layak memimpin KNPI Tana Toraja Periode 2011-2014".

Marilah kita sukseskan perhelatan pemuda dengan semangat Pemuda yang berbekal kearifan lokal yang patut kita lestarikan, Selamat melaksanakan Musda ,Selamat datang Pemimpin Pemuda!!! (TIM)
»»   Selengkapnya...

Jangan Harapkan Transparansi dari PANSUS LKPJ Bupati Tana Toraja

Makale-TN Online,



Saat ini sedang berlangsung rapat Pansus LKPJ Bupati Tana Toraja yang dipimpin langsung ketuanya Masudi Sombolinggi, yang menghadirkan Kadis Pendidikan Y Titting, dan Dinas Kesehatan, serta Badan Pengelola RS Lakipadada, awalnya pertemuan ini terbuka, dan beberapa pengantar disampaikan beberapa anggota dewan, tetapi saat wartawan TN Online masuk dan memasang alat rekaman, peserta rapat terlihat agak kaku dan tegang, ada apa?



Pansus yang sangat strategis tentunya diharapkan informasinya yang maksimal, tetapi beberapa saat alat rekaman wartawan TN Online, dibawa keluar dan dikatakan salah satu staf nahwa rekaman dan liputan harus seizin ketua pansus, menanggapi hal tersebut, Ketua LSM LEKAT yang juga melihat kejadian itu, mengatakan" Ada apa? sekarang ini era tranparansi, apalagi sudah ada UU KIP, kalau harus ditutupi untuk apa ada rapat Pansus?" senada dengan itu, Staf ahli DPRD, Adolf CH Pakke, mengatakan semua rapat yang dilakukan menganut azas Transparansi, dan terbuka untuk umum. Yang menarik, ada apa yang terjadi sampai peserta rapat terlalu tegang dan sesekali anggota pansus keluar masuk, dan pintu ditutup sambil dikunci, salah seorang wartawan BKM, agus, berusaha masuk, tapi ternyata pintu dikunci, dia balik dan memasuki ruangan, mungkin dia bingung selama ini, tidak seperti itu? (R1AN)
»»   Selengkapnya...

Bakal Calon KETUA KNPI KAB. TANA TORAJA PERIODE 2011 - 2014

Ivan Kalalembang


Bakal Calon KETUA KNPI KAB. TANA TORAJA PERIODE 2011 - 2014
“Pemuda Yang Beraksentuasi Pemuda”
I. Pengantar
Semangat sejarah kepeloporan kaum muda hakikatnya adalah etik perjuangan untuk menegakan kebenaran dan fitrah manusia. Dan inilah menjadi tanggung jawab kita semua sebagai kaum muda terutama KNPI sebagai wadah tempat berhimpunnya OKP/ORMAS kaum pemuda, memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Semenjak kelahirnya, KNPI harus mampu membangun wacana perubahan bagi kaum muda dan menjadikannya sebagai anak masyarakat yang mandiri, visioner dan mampu menjadi subyek sosial. Karena kritik paling keras terhadap KNPI adalah ketidak mandiriannya.

Sebagai sosok organisasi Pemuda, eksistensi KNPI banyak di pertanyakan, perannya makin surut, kiprahnya dinilai tidak bersentuhan dengan dinamika kepemudaan secara kualitatif. sehingga eksistensi KNPI lepas dari rumah sosialnya, juga KNPI hampir kehilangan jati dirinya. Kinerja KNPI sebagai wadah berhimpun visi, orientasi dan misi kaum muda dapat dikatakan tidak mantap, maka KNPI saat ini harus mampu mendongkrak jatidiri dan sosoknya. Orientasinya mampu dirumuskan dalam situasi sosial yang berubah, dan kinerjanya sebagai wadah berhimpun dapat di pertajam dengan kerja-kerja organisasi yang berkualitas.

II. Masalah dan Alternatif Penyelesaian
Memperhatikan kondisi tersebut diatas, serta berbagai peluang ke depan, maka Saya Ivan Kalalembang, SH, MH. Jika deberi kesempatan menahkodai Kepengurusan KNPI periode 2011 - 2014 Pasca Muscab XI KNPI Kab. Tana Toraja, akan melakukan upaya – upaya rekonstruksi sebagai berikut :
1. Sebagai wadah berhimpun pemuda, KNPI semakin dituntut untuk mengembangkan sikap-sikap kepemudaan yang kritis dan progresif, sekaligus menghindarkan diri dari sikap dan prilaku yang membebek (epigonistik). Prilaku tersebut bukan tidak sejalan dengan dinamika kepemudaan yang kritis dan dinamis, Tetapi akan membuat image bahwa KNPI tidak lebih sebagai perpanjangantangan pemerintah untuk meredam dinamika kaum muda yang memiliki karakter agent of changes. Selain itu KNPI dituntut untuk tidak apriori terhadap elemen apapun baik pemerintah maupun berbagai dinamika ragam potensi kepemudaan di antaranya LSM dan OKP lainnya. KNPI juga harus mampu menyikapi secara obyektif berbagai problem sosial yang terjadi dan menyikapinya secara kritis, korektif dan konstruktif.
2. KNPI harus tanggap atas realitas dan dinamika kepemudaan yang mulai jenuh. Karena kejenuhan ini semakin jelas sebagai bentuk protes terhadap berbagai realitas sosial seperti, ketidak adilan, KKN dsb. Problema tersebut mesti diantisipasi dengan berbagai bentuk dan ragam pemikiran, sikap dan aktivitas. Karena hal tersebut akan memberikan kontribusi yang besar bagi KNPI secara positif.
3. KNPI perlu menyeimbangkan proporsi orientasinya baik orientasi politik, ekonomi maupun kulturalnya, Orientasi terhadap politik menjebak KNPI pada kepentingan pragmatis yang sempit dan sesaat. Karena KNPI akan kehilangan sikap kritis dan progresif, serta akan menjadi klien system patronase politik. Padahal politik KNPI adalah politik pemuda yang bernuansa luas dan bervisi kedepan, yakni pengembangan demokrasi dan kemandirian pemuda. Dalam membangun politik KNPI yang demikian maka dialog dengan berbagai elemen harus terus menerus dilakukan sehingga akan melahirkan visi sosial yang tajam dan akan menjadi cerminan masyarakat secara luas.
4. Mari kita kembali ke Khittah KNPI sebagai wadah pemuda harus senantiasa dijaga dan diejawantahkan dalam program organisasi. Sehingga KNPI tidak lagi dimonopoli kalangan tertentu, sementara kualitas perannya semakin hilang. Sebagai wadah Pemuda, KNPI eksistensinya dituntut harus mampu memainkan perannya dalam bersentuhan dengan kebutuhan, aspirasi dan kepentingan segenap pemuda, khususnya dalam aktualisasi potensi yang dimilikinya.
5. Secara internal banyak problem KNPI yang mendesak mesti dibenahi sebagai jawaban logis dari dinamika internal maupun eksternal. Problem-problem inilah yang menjadi sebab mengapa KNPI terasa mengalami degradasi peran, meski metabolisme organisasi masih berjalan normal. Serta memperkukuh nilai-nilai independensi sebagi peran untuk menjaga kredibilitas KNPI. Hal ini patut diperhatikan, demi senantiasa menjaga obyektifitas dan kekritisan kerja-kerja KNPI.

III. Penutup

Hal yang tersebut diatas juga mesti dilakukan pada potensi-potensi kaum muda lainnya yang konsern terhadap perkembangan pembangunan, Benar bahwa KNPI disiapkan oleh pemerintah sebagai wadah berhimpun para pemuda, tetapi berbagai benturan antara perspektif pemikiran dan kepentingan lebih mengedepan dari pada kerja-kerja kemanusiaan dan kemasyarakatan yang dilakukan. Belum lagi dengan munculnya saling sinis antara komunitas study dan gerakan dengan aktivis LSM, atau kelompok independen lainnya, Sekali lagi konflik tersebut membutuhkan dialog keterbukaan, karena tujuan masing-masing tampaknya tidak berbeda yakni untuk mensubstansikan masa depan Bumi Lakipadada khusnya dan Bangsa yang sejahtera. Harapan saya, bahkan menjadi harapan kita semua ini tidak akan berdampak terapan serta aplikatif jika kita terus larut dalam suasana romantika belaka. Hal ini boleh terjembatani dengan menghadirkan sosok Pemuda yang berkarakter Pemimpin yang kuat. Untuk itulah sekali lagi “Saya Ivan Kalembang yang senantiasa menselaraskan Daya pikir dan Tindakan, dukung untuk menjadi Ketua KNPI Kab. Tana Toraja. Jayalah Pemuda……
»»   Selengkapnya...

Jangan Harapkan Transparansi dari PANSUS LKPJ Bupati Tana Toraja



Makale-TN Online, Saat ini sedang berlangsung rapat Pansus LKPJ Bupati Tana Toraja yang dipimpin langsung ketuanya Masudi Sombolinggi, yang menghadirkan Kadis Pendidikan Y Titting, dan Dinas Kesehatan, serta Badan Pengelola RS Lakipadada, awalnya pertemuan ini terbuka, dan beberapa pengantar disampaikan beberapa anggota dewan, tetapi saat wartawan TN Online masuk dan memasang alat rekaman, peserta rapat terlihat agak kaku dan tegang, ada apa?

Pansus yang sangat strategis tentunya diharapkan informasinya yang maksimal, tetapi beberapa saat alat rekaman wartawan TN Online, dibawa keluar dan dikatakan salah satu staf bahwa rekaman dan liputan harus seizin ketua pansus, menanggapi hal tersebut, Ketua LSM LEKAT yang juga melihat kejadian itu, mengatakan" Ada apa? sekarang ini era tranparansi, apalagi sudah ada UU KIP, kalau harus ditutupi untuk apa ada rapat Pansus?" senada dengan itu, Staf ahli DPRD, Adolf CH Pakke, mengatakan semua rapat yang dilakukan menganut azas Transparansi, dan terbuka untuk umum. Yang menarik, ada apa yang terjadi sampai peserta rapat terlalu tegang dan sesekali anggota pansus keluar masuk, dan pintu ditutup sambil dikunci, salah seorang wartawan BKM, agus, berusaha masuk, tapi ternyata pintu dikunci, dia balik dan memasuki ruangan lain, mungkin dia bingung selama ini tidak seperti itu? (R1AN)
»»   Selengkapnya...

Selasa, 26 Juli 2011

Dimanakah kasih? Mudah-mudahan Kebenaran akan Terkuak


Mengambil hasil pertanian milik orang dan kena hukum itu sudah biasa, namun apa jadinya bila mengolah tanah milik sendiri, lantas dilaporkan dengan tuduhan mencuri dan merusak, hingga sang pemilik tanah harus berurusan dengan hukum, bagaimana bisa?.

Adalah Pasorong kakek berumur 85 tahun, warga Pallona Lembang Ke`te Tinoreng kecamatan Mengkendek, harus berurusan dengan hukum, lebih jelasnya berikut, simak petikan beritanya.

Lanjutan sidang kasus tuduhan pencurian padi dan pengrusakan senilai Rp.3.000.000 di Pallona Lembang Ke`te Tinoreng kecamatan Mengkendek, dengan pelapor Ignatius Massora dan terdakwanya Ir Pasorong, Pangloli, J.B.Mangasi dan Markus Sonda, kembali dilanjutkan.

Kasus yang sempat mandek empat tahun sejak dilaporkan 2008 lalu, awal Januari 2011 kembali dibuka setelah keluar P.21 dari Kejaksaan Negeri Makale. Dipimpin majelis hakim Barmen Sinurat SH, dibantu hakim anggota Muh Ismail Gunawan SH, dan Rudy Setiawan SH. Kakek tua renta ini adalah cendekiawan Toraja yang harus menunggu nasib "didedekan palu" saat sidangnya kembali digelar di Pengadilan Negeri Makale. Menanggapi kasus diatas, Ryan,ketua LSM LEKAT akan menjadikan kasus ini sebagai contoh ketidakberdayaan Lembaga Adat setempat dalam menangani persoalan di wilayah adatnya, menurut kami " ini adalah suatu fakta persidangan yang menghina logika dan nurani kita, begitu teganya orang yang mungkin masih kerabat kakek renta ini menghadapkan dia ke muka persidangan yang bisa berkonsekwensi kakek ini ditahan,dimanakah kasih? mudah-mudahan kebenaran akan terkuak"kuncinya.(Hunt)
»»   Selengkapnya...

Minggu, 24 Juli 2011

RPJMD KABUPATEN TANA TORAJA BARU DIKONSULTASIPUBLIKAN


Hari ini bertempat di ruang pola kantor Bupati lantai4, berlangung konsultasi publik RPJMD Kabupaten tana toraja, sementara pemaparan konsep oleh Prof.DR J.salusu, sebagai pemateri. Kegiatan ini ditanggapi dingin masyarakat, karena keterlibatan masy yang hadir minim, atau karena kurang dipublikasikan. mayoritas peserta yang hadir adalah PNS Sekertariat Daerah,




dan segelintir Tokoh masyarakat, dikatakan Ryan, Ketua LSM LEKAT, "Ini kegiatan yang mahal, harus didukung oleh konsultan yang profesional dan pemberdayaan lokal, tidak hanya copy paste. Sayang kalau kegiatan ini cuma sekedar lewat dan menghabiskn anggaran Rp.250.000.000,-.Tetapi itu adalah tanggapan yang dikatakan untuk kemajuan dan ketertiban penggunaan anggaran di kabupaten yang selama ini sangat disoroti. Mudah-mudahan kegiatan ini ini betul-betul tercapai pada tahun 2031.Beberapa tokoh yang sempat memberikan kometarnya adalah May tudungallo, dikatakannya "burungpun ikut membangun di toraja, didasari atas istilah banua pandoko' dena',dan sebaiknya pengelolaan konsep pariwisata yang berbasis budaya, sebaiknya kalau dinas pariwisata tidak dikelola baik, ganti saja karena penjual sayur saja bisa melakukannya". (TIM)
»»   Selengkapnya...

Sabtu, 23 Juli 2011

Status Akper Toraya terancam tidak diakui.

Ketua BEM Akper Toraya Yari Allo Linggi, Wakil Ketua BEM Roniyanto bersama dua perwakilan mahasiswa lainnya, bertemu dengan Sekretaris daerah (SEKDA) Tana Toraja Enos Karoma, SH, MH, kemarin (jumat, 22/7).

Dalam pertemuan tersebut Ketua BEM Akper Toraya menyampaikan kepada Sekda mengenai empat hal pokok sehubungan dengan masalah yang terjadi di Akper Toraya yang dinilai amat merugikan mahasiswa dalam proses belajar mengajar. Status Akper setelah berada di bawah naungan Kopertis Wilayah IX Sulawesi, menjadi salah satu kecemasan mahasiswa. Alasannya, jika status ini tidak segera diselesaikan, Akper Toraya, yang merupakan Akper Milik Pemerintah Daerah ini hanya akan tinggal nama, statusnya tidak mendapatkan pengakuan dari pemerintah.

Kecemasan lain dari mahasiswa berhubungan dengan keberadaan Direktur Akper Toraya, Albertina, yang menurut penilaian mahasiswa tidak dapat bekerjasama dengan para dosen, yang menyebabkan 5 orang dosen mengundurkan diri. olehnya Badan Executive Mahasiswa (BEM), mewakili mahasiswa lainnnya, menuntut Direktur untuk mengundurkan diri.

Selain hal di atas, permasalahan lain yang disampaikan oleh mahasiswa pada pertemuan dengan Sekda tersebut menyangkut adanya pungutan sebesar Rp.415.000, sementara Angkatan tahun sebelumnya juga dikenakan pungutan sebesar Rp.250.000. "Kami juga menagih janji sebelumnya yang akan memberikan beasiswa bagi mahasiswa berprestasi." tegas Yari.

Sementara itu, dalam pertemuan yang berlangsung di ruang Sekda Tana Toraja tersebut, Sekda Enos Karoma menjelaskan, upaya mengalihkan status Akper harus melalui proses dan mekanisme. "Karena Akper dibentuk berdasarkan peraturan daerah (Perda) yang disetujui DPRD," katanya.

Oleh karenanya bila pengelolaan Akper sudah beralih ke naungan Kopertis tentu Perda Pembentukan Akper sebelumnya harus dicabut dan disetujui DPRD, papar Enos Karoma. Dia juga berjanji menurunkan Inspektorat untuk mengaudit pengelolaan keuangan dan pungutan di kampus. Dikatakannya, aspirasi dan tuntutan mahasiswa akan ditindaklanjuti ke bupati, termasuk tuntutan direktur untuk mundur. Hanya saja, bupati juga perlu didukung data valid. "Tidak serta merta mengabulkan keinginan mahasiswa begitu saja," terangnya.

Pada kesempatan yang lain, Direktur Akper Toraya Albertina, saat dikonfirmasi melalui telepon selularnya menjelaskan, pengangkatan Direktur Akper Toraya didasarkan atas Surat Keputusan (SK) Bupati yang disetujui yang telah mendapatkan persetujuan Kopertis. "Tuntutan mahasiswa boleh-boleh saja dan koreksi seperti itu sangat positif untuk kemajuan Akper ke depan," kata Albertina.


Sumber : http://toraja-update.blogspot.com/2011/07/status-akper-toraya-terancam-tidak.html
»»   Selengkapnya...

Jumat, 22 Juli 2011

PANITIA MUSKAB KNPI KECEWA Bupati Tator Tidak Mau Ditemui

MAKALE, UPEKS - Panitia Musyawarah Kabupaten (Muskab) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) merasa kecewa karena gagal bertemu bupati saat bertandang ke rumah jabatan Bupati Tana Toraja (Tator) beberapa waktu lalu.
Kekecewaan ini diungkapkan sejumlah panitia pelaksana muskab yang rencananya digelar tidak lama lagi kepada Upeks di Sekretariat KNPI, Selasa malam, (19/7).

Ketua Panitia, Aris Zainuddin, A.Md menyatakan kecewa karena menurutnya panitia sebelumnya sudah bersurat ke pemerintah kabupaten untuk beraudiens melaporkan rencana kegiatan muskab yang sedianya dilaksanakan akhir Juli ini.

Menurut Aris, sesuai konfirmasi sekda sehari sebelumnya, panitia dijadualkan bertemu bupati tanggal 14 pagi di rumah jabatan bupati.

Namun, ketika rombongan yang terdiri dari pengurus KNPI dan panitia pelaksana muskab berada di rujab, salah seorang orang dekat bupati memberi tahu bahwa tidak ada jadual pertemuan yang dikonfirmasi sebelumnya.

Panitia pun kemudian diarahkan ke kantor bupati saja untuk bertemu. “Nanti di kantor saja pertemuan dengan pak bupati”, ucap Aris mengutip penyampaian orang dekat bupati tersebut.

Masih menurutnya, rombongan pun menuju kantor bupati, namun disana hanya diterima Sekda Tator, Enos Karoma, SH MH di ruang sekda.

Kepada sekda panitia sempat mempersoalkan tidak adanya jadual pertemuan bupati dengan panitia muskab sesuai konfirmasi sekda. Namun, Enos menegaskan dirinya selaku sekda bisa juga mewakili bupati.

Menanggapi masalah ini Sekretaris FKPPI DPC Tator, Ferianto Belopadang, ST menyatakan meski ada kendala dalam protokoler, bupati sebagai mantan aktifis pemuda harusnya tidak perlu kaku terhadap pemuda.

Ia menyatakan bisa saja bupati waktu itu menemui panitia muskab dan menyampaikan untuk menjadualkan ulang pertemuan. Apalagi, Pak Theo mantan aktifis pemuda yang memiliki ikatan emosional kuat dengan KNPI, terangnya.

“Pak Bupati kan mantan aktifis pemuda dan tahu pemuda adalah tulang punggung pembangunan. Karena itu, bupati harus mengakomodir potensi pemuda”.tegas aktifis yang disapa Rian.(josh)
»»   Selengkapnya...

Selasa, 19 Juli 2011

Kondisi Bangunan Kantor Bupati Tana Toraja Sangat Memprihatinkan

Setelah beberapa waktu yang lalu dikerjakan,kondisi kantor Bupati Tana Toraja sangat memprihatinkan.

Beberapa hal yang terlihat jelas tidak diselesaikan diantaranya talud dibelakang kantor yang rubuh, lift yang tidak berfungsi, urinoir rusak, wastafel rusak, bahkan halaman tidak dikerjakan, sehingga pada saat upacara cuma dilaksanakan di jalan masuk kantor. Kondisi ini sangat memprihatinkan, dikarenakan anggaran yang digunakan sudah lebih dari 33M, sungguh anggka yang mencengangkan dengan kondisi finishing yang seadanya.



dari beberapa sumber dan bahkan kadis tata Ruang,Gerson Papalangi mengatakan bahwa akan menambah anggaran baru untuk penyelesaian halaman upacara. Sementara, menurut PPTK, Seten,ST saat ditemui wartawan TN di ruang kerjanya, mengatakan " Itu sudah selesai, dan pelaksana sudah beberapa kali kami tegur untuk beberapa penyelesaian pekerjaan yang belum dikerjakan dan ada masa pemeliharaan, juga pelaksananya sudah didenda".

Dari beberapa orang yang peduli, Morning warga mengkendek, menyesalkan hal ini, dikatakannya "kenapa ini lepas dari pengawasan KPK, sebab anggaran yang digunakan sungguh besar dengan kondisi bangunan yang dikerjakan seperti itu?"(TIM)
»»   Selengkapnya...

Minggu, 17 Juli 2011

Pembangunan Kantor Daerah Terbengkalai, Sekda Gusar




Setelah dikerjakan dalam 3 tahapan, mulai blok I,II,dan III, yang terajhir ini mengalami keterlambatan pelaksanaan, informasi dari Sekab Tana Toraja, Enos Karoma,SE,MH yang ditemui wartawan TN mengatakan " Saya sudah tegur Kadis Tata Ruang, dan meminta laporan kenapa penyelesaian pembangunan Kantor Daerah sampai saat ini belum selesai". Lanjut dikatakan bahwa pelaksana PT.Multi Engka Utama sudah dikenakan denda terkait keterlambatan pelaksanaan pekerjaan dan  ini harus segera diselesaikan. Senada dengan itu, Ferryanto Belopadang,Ketua LSM LEKAT mendukung langkah Sekab yang menerapkan denda sebab memang diatur oleh Keppres 80, dan dituangkan dalam kontrak kerja yang sudah beberapa kali mengalami addendum, ada apa? Ditegaskan Ryan, panggilan akrabnya, seharusnya Bupati dalam hal ini Theofilus Allorerung sebagai mantan orang Bawasda punya kepekaan terhadap hal ini, jangan alih-alih menerapkan aturan, jika proyek didepan mata yang sehari-harinya dilihat saat bertugas di kantor terbengkalai, kalau ragu, pihak terkait lain yang akan melaporkan hal ini!Juga Koonsultan Pengawas harus bertanggungjawab, utamanya PPTK di Dinas Tata Rung, demikian kuncinya.
»»   Selengkapnya...

Sabtu, 16 Juli 2011

Panitia Muskab KNPI Tana Toraja Gagal bertemu Bupati Tana Toraja


Salah satu perhelatan akbar pemuda Tana Toraja yang akan digelar dalam waktu dekat ini adalah Musyawarah Kerja Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kab. Tana Toraja. yang direncanakan berlangsung selama dua hari, mulai tanggal 29 - 30 Juli 2011, mengambil tempat di Hotel Pantan, Tana Toraja.

Rencana tema yang akan diusung kali ini “Membangun Pemuda Berkarakter Nasional Yang Berlandaskan Kearifan Lokal”.

Menurut Ketua Panitia Muskab ke - XI KNPI Tana Toraja, Aris Zainuddin, yang direncanakan akan menghadiri kegiatan ini adalah, semua pengurus KNPI Kabupaten, Kecamatan dan Organisasi Masyararakat serta Organisasi Kepemudaan yang ada dalam wilayah Kab. Tana Toraja.

Dalam rangka melakukan koordinasi dengan pihak Pemerintah Daerah, Panitia telah menyusun jadwal untuk melakukan audiensi dengan Bupati Tana Toraja. Namun jadwal audiensi yang telah disepakati tersebut tidak dapat dipenuhi oleh Bupati. Sehingga rencana Panitia untuk bertemu dengan Bupati tidak terwujud. Panitia hanya diterima oleh Enos Karoma, Sekertaris Daerah Kab. Tana Toraja, yang pada kesempatan tersebut didampingi oleh Kabag Pemuda dan Olahraga.

"Kami yang sedianya melakukan pertemuan dengan Bupati hari ini, sehubungan dengan pelaksanaan Muskab KNPI tana Toraja, gagal bertemu dengan Bupati, dan hanya diterima oleh Bapak SEKDA Tana Toraja, Enos karoma."Kata Aris.

Hadir dalam pertemuan dengan Sekda Tana Toraja tersebut, Aris Zainuddin (Ketua Panitia), CH Eric Mappaliey (Sekretaris Panitia), Adel Palulun, SE (Bendahara), Viasmudji Bitticaca, ST,MT (PenanggungJawab) serta beberapa Panitia lainnya.

Yang menjadi pertanyaan Panitia adalah, apakah Bupati yang enggan bertemu dengan Panitia ataukah jadwal yang telah ditetapkan tersebut berbenturan dengan jadwal bupati lainnya. Namun sampai saat ini, panitia belum memperoleh penjelasan mengenai gagalnya pertemuan dengan Bupati tersebut.(Toraja Update)
»»   Selengkapnya...

Kamis, 14 Juli 2011

Pong Tiku Dulu dan Nasib Sahabatnya Kini

Pong Tiku Dulu dan Nasib Sahabatnya Kini


PONG Tiku dikenang baik di Tana Toraja. Sejarah perjuangannya ditulis laiknya pejuang sejati. Dia memang berprediat pahlawan nasional. Sementara 23 sahabatnya, kelompok yang ikut berjuang pasca-pengasingan tahun 1917, hingga kini masih diliputi kontroversi.

Penjajah Belanda mengecap para sahabat Pong Tiku sebagai pemberontak. Dan, meski Agustus 2011 nanti, kolonialisme sudah 66 tahun enyah dari Indonesia, namun kesan “the torajan rebel”, pemberontak Toraja, bagi ke-23 sahabat seperjuangan sang pahlawan nasional itu, hingga kini masih terus dialamatkan penjajah kepada mereka dan keluarganya.
Dan kini, bahkan terkesan dibiarkan dan terus “dikhutbahkan” dalam lembaga keagamaan.
Inilah yang melatar belakangi munculnya tulisan ini. Sebagai keluarga para sahabat Pong Tiku, kami merasa perlu membela diri. Setidaknya, tulisan ini muncul masih dalam suasana perayaan meninggalnya Pong Tiku, yang diperingati saban 10 Juli.
Sembilan puluh empat tahun silam, tepatnya 10 Juli 1907 di tepian Sungai Sa’dan di sekitar Singki’, Rantepao (kini di belakang kantor Bupati Toraja Utara saat ini) Pong Tiku tewas dieksekusi secara licik oleh serdadu Belanda. Konon 2 saudaranya tewas di tangan anak buah Pong Tiku. Ada pengkhianatan.
Darahnya tumpah tidak hanya membasahi bumi Toraja, Tana Matarik Allo – Tondok Lepongan Bulan, tetapi juga melintasi Tana Enrekang – Bumi Mansenrempulu, serta Bumi Sawitto, kini berada di Pinrang, sebelum akhirnya mengalir ke Selat Makassar mengikuti aliran Sungai Sa’dan.
Sampai Maret 1906, Tana Toraja masih steril dari tangan penjajah Belanda. Namun ancaman sebenarnya sudah dirasakan sejak pertengahan 1905. Kala itu, serbuan serdadu Belanda sudah memasuki wilayah Duri, arah selatan Tana Toraja dan dari arah timur lebih duluan bercokol di Palopo.
Kondisi ini disikapi para pemuka masyarakat dan penguasa adat se Tana Toraja bermusyawarah. Tujuannya menghilangkan benih perpecahan sekaligus menyatukan sikap dan kekuatan melawan serdadu Belanda. Pertemuan dilaksanakan September 1905 di Buntu Pune dekat Ke’te’ Kesu’. Sebagian Warga Toraja, mengenal dengan Ikrar Buntu Pune.
Pertengahan Maret 1906, pasukan kompeni Belanda berkekuatan 150 serdadu bersenjata lengkap dipimpin 3 perwira dibawah komando Kapten Infantri Kilian memasuki wilayah Tana Toraja dari arah timur/Palopo tanpa menghadapi perlawanan. Para penguasa adat dan tokoh masyarakat khususnya yang berdomisili di dataran rendah ternyata tidak konsisten pada Ikrar Buntu Pune.
Namun tidak demikian bagi Pong Tiku yang berdomisili di punggung Bukit Lolai dan di balik Gunung Sesean. Ia tetap kokoh pendiriannya melawan Belanda sebagaimana diikrarkan di Buntu Pune. Sebaliknya, ia memperkuat benteng pertahanannya yang tersebar di berbagai kampung.
Meskipun dipertahankan dengan gigih, gempuran artileri serdadu Belanda memaksa Pong Tiku meninggalkan bentengnya satu per satu dan akhirnya bertahan di benteng Buntu Batu yang tidak bisa ditembus.
Dengan tipu muslihat melalui ajakan berunding, Pong Tiku akhirnya ditangkap dan dieksekusi di Singki’, Rantepao. Ini sekaligus menandai berakhirnya peperangannya melawan Belanda dalam kurun waktu 14 bulan.
Pong Tiku dikenang dengan baik dan para peneliti sejarah banyak yang tertarik menulis sejarah perjuangannya. Demikian juga ketika diusulkan sebagai Pahlawan Nasional semua pihak mendukung sampai akhirnya secara resmi Pong Tiku ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia.
Setelah kematian Pong Tiku nyaris tidak ada lagi perlawanan bersenjata dalam skala besar. Namun, rahasia diantara para sahabat Pong Tiku yang masih menyimpan rencana melawan Belanda terus ada:

1.Tandibua’
, saudara sulung Pong Tiku yang langsung mengambil alih tampuk pimpinan pemerintahan (Kepala Distrik) di Pangala’, setelah kematian Pong Tiku. Ia masih menyimpan dendam atas kematian adiknya. Melalui operasi rahasia bersama pejuang lainnya, mereka berjuang.

2. Ne’ Matandung,
Kepala Distrik/Puang Balusu sudah lama memendam kebencian terhadap Belanda karena kecongkakan dan kekejamannya. Dibenaknya tersimpan rencana untuk membalas sekaligus untuk menebus kekhilafannya karena tidak konsekwen dengan Ikrar Buntu Pune. Para pejuang militan dibawah pimpinan Pong Massangka selain secara moril juga dalam bentuk materi berupa uang tunai 100 gulden dan 1 ekor kerbau untuk membiayai kegiatan operasional merealisasikan rencana perjuangan.
3. Pong Massangka , salah seorang pejuang yang relatif lebih muda (sebaya Pong Tiku) sejak kedatangan Belanda di Tana Toraja tidak pernah menunjukkan sikap tunduk kepada Belanda apa lagi menyerahkan senjatanya.
Sikap tegas ini dihargai para seniornya seperti Pong Arung, Ne’ Matandung dan Tandibua’ serta para tokoh masyarakat lainnya. Kini di Toraja Utara, tetapi juga secara intensif menjalin komunikasi dengan para penguasa adat diluar Toraja Utara antara lain dengan Puang Sangalla’ dan Puang Mengkendek dari wilayah Selatan, Pong Simpin dari wilayah Timur dan Bombeng serta Wa’ Saruran dari wilayah Barat.
Pong Massangka lalu terpanggil mengkonkretkan semangat perjuangan bawah tanah para pejuang dalam suatu wadah dengan nama sandi “UNTENDANNI SALU SA’DAN” artinya mengatasi arus yang disimbolkan penjajah.
Untuk memudahkan operasionalnya maka mulailah diintensifkan komunikasi rahasia para pejuang lewat Poros Perlawanan Balusu-Pangli/Bori’-Pangala’ di Utara terus ke Pantilang di Timur, Sangalla’ dan Mengkendek di Selatan serta Rembon dan Buakayu di Barat.
Sesuai kesepakan para pejuang ditetapkanlah target utama waktu itu yakni membunuh Controleur sebagai penguasa tertinggi pemerintah kolonial Belanda di Toraja untuk memberikan shock terapi dan kekacauan bagi serdadunya sehingga diharapkan dapat lebih mudah dilumpuhkan.
Namun sangat disayangkan sebelum terlaksana, para pejuang justru tersandung pembunuhan seorang misionari berkebangsaan Belanda, AA Van de Loosdrehct di Rantedengen Bori’, 26 Juli 1917 patut disesalkan karena:
1.Yang bersangkutan bukanlah target yang direncanakan sehingga mengacaukan rencana mulia para pejuang untuk membebaskan orang Toraja dari penindasan dan pemerasan rezim kolonial Belanada.
2. Pejuang yang sebenarnya adalah ksatria justru dicap Zending dan kalangan gereja sampai hari ini, sebagai para gerombolan avonturir yang haus darah,penjahat dan pembunuh pendeta serta para gembong judi, suatu kumpulan istilah yang sangat tidak bersesuaian dengan dasar ajaran kristiani yakni cinta kasih.
3.Para pejuang harus membayar dengan pengorbanan besar jauh melebihi korbannya yang hanya 1 orang dibanding 23 orang harus menjalani hukuman di tempat pembuangan sebagian diantaranya (antara lain : Ne’ Matandung,Tandibua’, Pong Mangoki’ dan masih banyak yang lain) harus kehilangan nyawa di pengasingan.
Pong Massangka pun nyaris tidak kembali seandainya tak mendapat remisi hukuman 7 tahun dari total hukuman 20 tahun. Ini penghargaan atas keberhasilannya menangkap macan yang sudah banyak menelan korban termasuk anak Kepala Penjara di Nusakambangan.
Segera setelah peristiwa tersesebut perlawanan mereka langsung ditumpas dan para pejuang berjumlah 23 orang diasingkan ke berbagai tempat di Indonesia seperti Nusakambangan, Digul-Tanah Merah dan Sawah Lunto. Setelah itu, praktis tidak ada lagi pergerakan yang mengancam pemerintah kolonial Belanda sehingga lebih muda menjalankan pemerintahannya namun suatu kesyukuran bahwa sejak itu faktor pemicu perlawan para pejuang mulai dihindari dengan lebih mengutamakan pendidikan.
Ketika Tana Toraja dipimpin Bupati Lethe 1961, lalu D.S Rante Salu tahun 1964 pihak keluarga para pejuang mencoba mengusulkan agar perjuangan mereka mendapat pengakuan memang sempat diteruskan ke Kodam XIV Hasanuddin. Namun tak berhasil karena mendapat resistensi dari lembaga keagamaan terbesar di Tana Toraja.
Demikian halnya Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata enggan menulis sejarah ini karena khawatir akan mendapat tantangan yang sama meskipun sudah diusulkan sejak 2009.
Terakhir ketika sejumlah orang memprakarsai sebuah seminar yang diadakan pada tanggal 24 Juni 2011 di suatu tempat di Toraja Utara yang bertujuan mendiskusikan hal-hal kontroversi yang masih berkembang sampai kini khususnya yang mendiskreditkan para pejuang, pihak Gereja Toraja yang sangat diharapkan kehadirannya justru tidak memenuhi undangan panitia meskipun panitia sudah bersusah payah menghadirkan pakar sejarah dari Universitas Hasanuddin, DR. Edward L. Poelinggomang MA, sebagai salah seorang pembicara.
Bupati Toraja Utara, Drs. Frederik Batti Sorring MM, yang membuka acara seminar tersebut juga sempat mengutarakan kekecewaannya akibat ketidakhadiran pihak-pihak yang diundang.

Penulis:Daniel Pong Massangka
Pemerhati Sejarah asal Tana Toraja

Sumber: Tribun Timur.com
»»   Selengkapnya...

Senin, 11 Juli 2011

Petinggi Saling Serang, Demokrat akan Hancur


Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie menyesalkan sikap beberapa elite Partai Demokrat yang saling menyerang. Apalagi hal itu dilakukan secara terbuka di media massa.

"Jika dibiarkan. lama-lama Demokrat akan hancur," jelas Marzuki di Jakarta, Senin (11/7). Ia mengatakan hal ini menanggapi sikap kader Demokrat yang tidak etis karena saling memojokkan.


"Ribut-ribut di media ini kan jadi malu sekali kita. Hancur lama-lama partai ini," imbuhnya.

Marzuki sebelumnya mengirimkan pesan singkat kepada Susilo Bambang Yudoyhono sebagai Ketua Dewan Pembina Partai yang meminta arahan untuk sebuah tindakan tegas menyelamatkan partai.

"Setiap hari kita didegradasi oleh kita sendiri dengan provokasi media. kita akan menuju kehancuran. Mohon Kawanbin (Ketua Dewan Pembina) mengambil tindakan tegas untuk menyelematkan partai. Kami siap diperintah dan mendukung apa pun keputusan Kawanbin sebagai the founding fathers PD," tulis Marzuki dalam sms kepada SBY.

Dalam sebuah acara pekan lalu, petinggi Demokrat seperti Amir Syamsuddin, Kastorius Sinaga, Denny Kailimang, dan Ruhut Sitompul terlibat saling adu argumen. Dalam acara tersebut, Ruhut menuduh Dewan Pembina yang menzalimi Muhammad Nazaruddin karena belum ada bukti apa-apa, tiba-tiba saja sudah memecatnya dari bendahara umum.

Amir dan Kastorius yang duduk di Dewan Pembina Partai, keberatan dengan pernyataan Ruhut. Mereka membantah hal itu dan mengatakan putusan tersebut sudah tepat.

Ruhut balik menyerang Amir dan Kastorius yang disebutnya sebagai Kader dadakan, karena baru beberapa bulan saja di Demokrat, sudah berani bicara macam-macam. Amir yang keberatan dengan ucapan Ruhut menanggapi balik.

Ia menyebut kalau kecintaan pada Partai tidak bisa ditentukan oleh lamanya seorang kader di dalam partai, tetapi berdasarkan kinerja. Denny Kailimang sendiri akhirnya ikut terlibat dalam adu argumen tersebut.
»»   Selengkapnya...

Hasil Pemilihan Ketua Umum BPMS Gereja Toraja 2011 - 2016

Sidang Mejelis Sinode Gereja Toraja (SMS-Getor) ke -23 kemarin telah berakhir. Salah satu hasil yang ditunggu-tunggu dari perhelatan akbar umat Kristiani, khususnya Gereja Toraja ini adalah terpilihnya Ketua Umum Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) masa bakti 2011 - 2016.

Tiga nama yang ikut meramaikan bursa pemilihan ketua umum BPMS ini, yaitu Pdt. Musa Salusu, MTh, Pdt. Dr. I. Y. Panggalo dan Pdt. SP Toding Allo, akhirnya memunculkan satu nama untuk menduduki jabatan sebagai Ketua Umum Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) Gereja Toraja masa periode 2011 - 2016, yaitu Pdt. Musa Salusu, MTh. Dimana hasil akhir dari pemilihan Ketua Umum ini, Pdt. Musa Salusu, MTh, berhasil mengumpulkan suara terbanyak (231 Suara), sementara Pdt. Dr I.Y.Panggalo mendapatkan 141 suara, dan Pdt. SP Toding Allo hanya berhasil mendapatkan 42 suara.

berikut adalah susunan Pengurus pengurus BPMS masa bakti 2011 - 2016,
Ketua Umum : Pdt. Musa Salusu, M.Th,
Ketua I : Pdt. I.Y. Panggalo, Dr.Th
Ketua II : Pdt. Daniel Rori, S.Th. M.Min
ketua III : Pdt. Daniel Rori, S.Th. M.Min
Ketua IV : Pdt. Prof. Dr. dr. Daniel Sampepayung
Sekretaris Umum : Arsiati Kabangnga', M.Th
Bendahara Umum : Soleman Allo Linggi, M.Si.

Sumber : www.kecamatanmakale.blogspot.com
»»   Selengkapnya...

Peringatan bagi Tenaga Honor Daerah Tana Toraja

Inventaris terhadap ratusan tenaga honor daerah yang tersebar di berbagai satuan kerja perangkat daerah (SKPD) akan segera dilakukan Pemkab Tana Toraja. Setelah pemerintah mendapatkan data yang jelas tentang tenaga honor tersebut, pemerintah akan melakukan evaluasi apakah pemerintah akan memperpanjang atau memutus kontrak tenaga honor tersebut. Bila hasil inventaris tersebut ditemukan tenaga honor tidak produktif atau tenaga honor yang malas masuk kerja, akan segera diputus kontraknya.
“Saya sudah perintahkan Inspektorat untuk mendata ulang semua tenaga honor yang ada di lingkup pemkab Tana Toraja. Kalau datanya sudah jelas baru kita bayarkan gajinya,” jelas bupati Tana Toraja, Theofilus Allorerung, kemarin.
pemerintah akan melakukan perpanjangan atau pemutusan kotrak bagi tenaga honor yang sudah tidak dibutuhkan. Pemerintah juga akan membayar gaji tenaga honor selama enam bulan.

Dijelaskan Theofilus, pemerintah hanya akan membayar gaji kepada tenaga honor yang rutin masuk kerja dan dibuktikan dengan bukti fisik dan absensi. Tenaga honor yang tidak rajin atau malas masuk kerja tidak akan dibayarkan honornya. Pemerintah juga tidak akan membayar gaji tenaga honor yg sudah tidak aktif, meski namanya masih tercantum sebagai tenaga honor pada SKPD tertentu.“Setelah datanya masuk semua, kemudian akan dipilah, yang mana yang bisa kita lanjutkan kontraknya dan yang mana yang tidak. Ini perlu invetarisir menyeluruh,” tamba Theofilus.ditempat lain, Yohanis Sumule, Inspektur Inspektorat Tana Toraja, mengakui pihaknya kini sedang melakukan pemeriksaan dan pendataan ulang terhadap tenaga honorer di lingkup pemkab Tana Toraja. “Iya kami sedang lakukan inventarisir saat ini sesuai dengan perintah bapak bupati,” kata Sumule.Jumlah tenaga honor daerah yang tercatat hingga tahun 2010 yang lalu sebanyak 615 orang. itu menurut data sementara yang dihimpun dari bagian mutasi kantor badan kepegawaian daerah (BKD) Tana Toraja, Namun hingga saat ini BKD belum mengetahui secara pasti berapa jumlah tenaga honor daerah yang masih aktif bekerja. “Sedang dilakukan inventarisasi kembali oleh inspektorat. Kami masih menunggu data hasil inventarisasi dari inspektorat,” ujar kepala bidang mutasi BKD Tana Toraja, Joni Andi Lolo.
Menurut Joni jika merujuk data tahun lalu, terdapat enam tenaga honor yang sudah tidak aktif. Selain itu ada sekitar 19 orang yang sudah lulus menjadi pegawai negeri sipil (PNS) tahun lalu. Dalam APBD tahun 2011, gaji untuk tenaga honorer ini dianggarakan dengan alokasi Rp 520 ribu per tenaga honor per bulan. Namun pemerintah belum bisa membayar gaji para honorer ini karena belum ada SK dari bupati.
Sumber : www.kecamatanmakale.blogspotcom
»»   Selengkapnya...

Rekonstruksi TORAJA sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW)

Beberapa tahun yang lalu, Tana Toraja telah menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang terfavorit ke-2 di Indonesia setelah Bali. Keberhasilan Pemerintah Daerah Tana Toraja memajukan sector pariwisata ini sebagai andalan utama bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat beralasan, mengingat adat dan budaya yang unik dan tiada duanya di belahan manapun di dunia ini serta potensi sumberdaya alam yang dimiliki cukup terbatas.
Persoalannya, sector pariwisata saja pada beberapa tahun terakhir ini telah MATI SURI. Jumlah kunjungan wisatawan telah mengalami penurunan yang drastis. Hal ini juga tidak terlepas dari dampak krisis global yang melanda sebagian besar wilayah di Asia Tenggara yang turut mengguncang aktivitas pariwisata di Indonesia termasuk di Tana Toraja dan Bali. Berbeda dengan Toraja, pemerintah daerah Bali, telah berhasil keluar dari persoalan yang krusial tersebut bahkan dapat melaju dengan kunjungan wisatawan yang terus meningkat walaupun beberapa ujian berat yang dilalui seperti aksi teroris yang meluluh lantakkan Bali yang dikenal dengan Bom Bali I dan II berbeda di Toraja. Pertanyaan apa yang salah dalam pengelolaan pariwisata di Toraja?

Merumuskan ulang tawaran daya tarik pariwisata Toraja
Ketika kita ditanya apakah yang paling menarik di Toraja?, maka jawabannya akan beragam. Mungkin saja ada yang menjawab karena adat dan budayanya yang unik, karena pemandangannya yang indah, dan mungkin juga karena masyarakatnya yang ramah. Lalu kalau kita ditanya apakah yang menjadi kendala jika ingin menikmati semua yang disebutkan tersebut di atas?, maka jawabannya akan beragam pula.
Kesemuanya ini perlu dikaji kembali lagi agar kita tidak terlena dengan jawaban pertanyaan pertama di atas. Kebanggaan yang berlebihan bagi kita yang selalu menekankan pada adat dan budaya Toraja adalah yang paling unik se nusantara, bahkan seluruh dunia akan merugikan kita. Adat dan budaya yang paling khas dan unik yang berujung kepada kesombongan diri sehingga mengira wisatawan akan berkunjung dengan sendirinya tanpa adanya usaha untuk menarik mereka secara khusus. Masyarakat Toraja harus menyadari bahwa setiap adat dan budaya keindahan alam, objek panorama, air terjun, ngarai dan lembah banyak dimiliki oleh daerah lain yang tidak kalah dalam memberikan tawaran wisata yang lebih mudah dinikmati dan menarik untuk dikunjungi. Kita boleh saja menyatakan bahwa Toraja jauh lebih indah melebihi alam di Bali, namun dalam kenyataanya Bali adalah ikon pariwisata nasional yang bahkan kepopulerannya jauh melebihi bangsa ini. Dari situ dapat kita tarik satu pelajaran bahwasanya keindahan adat dan budaya serta alam hanya akan menjadi benda mati yang tak bernyawa dan tidak mempunyai daya tarik apapun bagi pengunjung ketika tidak adanya tawaran lain yang lebih baik bagi objek wisata tersebut. Terlebih lagi , saat ini telah terjadi perubahan consumers-behaviour pattern atau pola konsumsi dari para wisatawan. Mereka tidak lagi terfokus hanya ingin santai dan menikmati pemandangan alam saja, saat ini pola konsumsi mulai berubah ke jenis wisata yang lebih tinggi, yang meskipun tetap santai tetapi dengan selera yang lebih meningkat yakni menikmati produk atau kreasi budaya (culture) dan peninggalan sejarah (heritage) serta alami (nature) atau eko-wisata dari suatu daerah.
Setiap wisatawan yang berkunjung mengharapkan apa yang disebut dengan Triple atraksi yaitu terdiri dari atraksi, aksesibilitas, dan amenitas yang mesti dibenahi. Atraksi, dapat diartikan sebagai objek wisata (baik yang bersifat tangible aupun intangible) yang meberikan kenikmatan kepada wisatawan. Atraksi sendiri dapat dikategorikan dalam tiga kategori, yakni alam, budaya dan buatan. Atraksi alam meliputi pemandangann alam, seperti pemandangan Batutumonga, udara sejuk dan bersih, hutan, sungai, gua dan lain-lain. Unsur lain yang melekat dalam atraksi ini adalah hospitality, yakni jasa akomodasi atau penginapan, restoran, biro perjalanan, dan sebagainya (Janinton dan Weber, 2006).Aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang menghubungkan wisatawan dari, ke dan selama di daerah tujuan wisata (Inskeep, 1994), mulai dari darat, laut, sampai udara. Akses ini tidak hanya menyangkut aspek kuantitas tetapi juga inklusif mutu, ketepatan waktu, kenyamanan, dan keselamatan. Diskusi tentang aksesibilitas biasanya lebih banyak menyoroti infrastruktur transportasi negara atau daerah tujuan wisata. Mungkin akses dari negara asal ke tujuan mudah dan lancar. Namun demikian akan timbul kesulitan lain jika di daerah tujuan tidak tersedia jaringan transportasi ke daerah sekitarnya. Demikian halnya di Toraja misalnya ketika wisatawan tiba di Jakarta, Makassar dan Bali namun akses ke Toraja menjadi lebih sulit sekalipun lewat udara. Sayangnya akses udara belum dapat diandalkan menuju ke Toraja sebagai modal transportasi yang tersedia bagi kepentingan wisata ke Toraja. Akiatnya wisatawan terkonsentrasi di Bali. Amenitas adalah infrastruktur yang sebenar tidak langsung terkait dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan. Bank, money changer, telekomunikasi (telepon dan warnet), usaha persewaan (rental), penjual buku panduan wisata, dan lain-lain digolongkan dalam bagian ini.Semakin lengkap dan terintegrasinya ketiga unsur tersebut di dalam produk wisata maka akan semakin kuat posisi penawarannya dalam sistim kepariwisataan. Untuk itu kualitas produk yang ditawarkan mutlak diperlukan. Kualitas produk yang baik terkait empat hal, yakni keunikan, otensitas, originalitas, dan keragaman (Janinton dean Weber, 2006). Keunikan diartikan sebagai kombinasi kelangkaan dan daya tarik yang khas melekat pada suatu obyek wisata, misalnya Kerbau belang (tedong bonga) dan habitatnya di Toraja dapat dikatakan unik karena tidak ada duanya di dunia. Originaitas atau keaslian mencerminkan keaslian dan kemurnian, yakni seberapa jauh suatu produk tidak terkontaminasi oleh atau tidak mengadopsi model atau nilai yang berbeda dengan nilai aslinya. Di sini model seringkali menentukan. Contoh : Di Toraja Banyak bangunan hotel tidak menampilkan arsitektur lokal (tongkonan). Padahal penampilan arsitek dimaksud sangat mencirikan keaslian tanpa mengurangi kenyamanan wisatawan. Demikian pula karyawan hotel tidak lagi mengenakan dasi dan jas serta peci sebagai bagian dari tampilan, melainkan mengenakan pakaian tradisional yang didesain secara memikat. Bandingkan dengan yang ada di Bali dan Jogja bahkan penarik becak dan tukang dokarpun berpakaian tradisional untuk mendukung keaslian budaya yang ditawarkan tersebut. Sementara Otentisitas mengacu pada keaslian tetapi bedanya adalah otentisitas dikaitkan dengan drajat kecantikan atau eksotisme budaya sebagai atraksi wisata (Kontogeorgopolus, 2003 dalam Janinton dan Weber, 2006). Upacara rambu solo' di Tana Toraja tidak saja unik tetapi juga otentik. Ini berbeda dengan upacara kematian di daerah lain.Kejayaan wisata masa lalu Toraja akan terulang jika pemerintah daerah mengkaji ulang kebijakan dan program yang terkait dengan tawaran wisata tersebut. Menggagas ulang model pengembangan dengan merekonstruksi kembali kebijakan sangat dibutuhkan untuk mengembalikan kejayaan yang pernah dicapai oleh Bumi Lakipadada. Dibutuhkan terobosan baru yang kiranya membutuhkan inovasi dan kreativitas antara pelaku wisata dan pembuat kebijakan tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat.
Untuk itu mestinya ada brand yang brilian untuk membuat strategi dan program demi pertumbuhan dunia pariwisata di Toraja. Dalam hal ini menyiapkan strategi khusus untuk menggarap wisatawan baik mancanegara maupun wisatawan nusantara lokal). Hal ini yang seharusnya menjadi perhatian pertama bagi pemerintah daerah di Toraja yang tidak hanya menjadi jualan dalam menjelang PILKADA nantinya tetapi betul-betul memiliki branding yang kuat menjual image Toraja masa depan. Semoga.
Yunus P. Paulangan
blog : yunuspaulangan.blogspot.com
»»   Selengkapnya...

Minggu, 03 Juli 2011

Kisah Pdt. Aris van de Loosdrecht, Martir Tana Toraja

Published On: Sun, Jul 3rd, 2011

Kisah Pdt. Aris van de Loosdrecht, Martir Tanah Toraja


Aris van de Loosdrecht dan Alida van de Loosdrecht
TORAJA (TCN) — Ini kisah Pendeta Antonie Aris van de Loosdrecht dan Alida van de Loosdrecht, misionari pertama yang memberitakan Injil ke Toraja,dan Martir Iman Tana Toraja.
Antonie Aris van de Loosdrecht dan istrinya Alida adalah misionaris pertama yang menginjakkan kakinya di bumi Toraja. Atas jasanya masyarakat Toraja dapat mengenal Injil Kristus. Bahkan dapat dikatakan dari “benih” pelayanan mereka, Gereja Toraja dapat berdiri dan berkembang sampai sekarang.
Kisah perjuangan Pendeta Aris dan istrinya Ida van de Loosdrecht yang rela menyeberangi lautan meninggalkan keluarga dan orang-orang yang disayangi demi masyarakat Toraja yang tidak pernah mereka kenal sebelumnya, menjadi bagian yang perlu kita teladani. Sungguh suatu pelayanan yang tidak akan pernah dapat dibalas oleh masyarakat Toraja secara umum dan Gereja Toraja secara khusus. Injil yang bertumbuh dan menjadi dasar terbentuknya Gereja Toraja adalah Injil yang dihiasi dengan darah MARTIR Anton Aris van de Loosdrecht.
Aris van de Loosdrecht dan Alida van de Loosdrecht menikah pada 7 Agustus 1913. Kemudian mereka berangkat untuk memberitakan Injil ke Tanah Toraja pada tanggal 5 September 1913, ini berarti mereka pergi ke sebuah tempat yang baru dan sangat terpencil kurang lebih satu bulan setelah pernikahan mereka. Mereka tiba di Indonesia yang waktu itu dikenal dengan sebutan “Hindia Belanda”. Akan tetapi tujuan mereka bukanlah Indonesia, melainkan Tanah Toraja. Daerah ini merupakan daerah yang masih sangat terpencil, belum lagi ancaman dari penduduk asli yang saat itu masih sering mengadakan perburuan terhadap manusia (kalau kita tidak ingin menyebutnya sebagai kanibalisme).
Anton dan Ida (demikian panggilan mereka) tinggal di daerah Poso selama awal tahun 1914, di desa Tentena, sekitar 2000 Km timur laut Rantepao. Sebelum berangkat ke Rantepao, mereka dibantu oleh seorang penerjemah Alkitab N. Adriani, untuk menyesuaikan diri dan mengenal bahasa Toraja. Setelah merasa matang dengan pelatihan dan informasi yang didapatnya, mereka kembali ke Rantepao pada awal April.
Jelas bahwa Anton dan Ida sadar benar akan masalah bahasa yang menjadi kendala bagi mereka memberitakan Injil, karena itu mereka berusaha dengan sekuat tenaga untuk mempelajari bahasa Toraja.
Rumah Kediaman Aris van de Loosdrecht

Mereka tinggal di Rantepao dan mulai melaksanakan berbagai pelayanan mereka. Karena pelayanan mereka banyak masyarakat Toraja yang tertarik dengan Injil sekalipun pada saat itu ikatan adat dan kepercayaan animisme masih sangat kuat. Anton dapat menjalin hubungan yang begitu akrab dengan para kepala-kepala suku dan juga para parenge’ atau para imam. Salah satu parenge’ yang dikenalnya cukup baik, bahkan dapat dikatakan menjalin persahabatan dengannya adalah Pong Maramba. Dikemudian hari hubungan ini menjadi rusak karena Pong Maramba meminta kepada Anton untuk bersedia menjual istrinya. Tentu saja permintaan ini didasari atas budaya patriakhal yang melihat perempuan sebagai milik laki-laki sehingga dapat diperlakukan semaunya, termasuk dijual. Sekalipun Anton telah menjelaskan bahwa dalam agama Kristen istri bukanlah milik melainkan sebagai rekan sekerja yang sama derajatnya, namun Pong Maramba tetap tidak mengerti penolakan Anton. Namun akhirnya konflik ini selesai ketika Pong Maramba ditangkap dan dipenjarakan. Selama melaksanakan pelayanan di Tana Toraja, mereka memfokuskan pada pembangunan sekolah-sekolah yang dapat menampung anak-anak Toraja untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Anton sangat bekerja keras dalam hal ini, dalam salah satu suratnya ke Belanda, Alida mengatakan bahwa suaminya bekerja dari jam setengah enam pagi sampai jam sebelas malam. Dari surat-suratnya kita dapat menyimpulkan bahwa pasangan misionaris ini sangatlah ramah kepada masyarakat Toraja, hal ini diakibatkan karena mereka sendiri mendapatkan sambutan yang sangat ramah dan baik dari masyarakat Toraja. Selain itu mereka juga banyak memberikan pelayanan medis kepada masyarakat, dalam surat-surat mereka, mereka menjelaskan akan rendahnya kualitas kehidupan dan kesehatan masyarakat Toraja, bahkan para parenge’ mereka dalam kehidupan sehari-hari tidak jauh berbeda dengan kehidupan para budaknya.
Perkembangan misi yang dilakukan oleh pasangan misionaris ini sangat luar biasa, dalam beberapa waktu saja mereka telah berhasil mendirikan banyak sekolah, dan para guru-guru didatangkan dari daerah-daerah yang lebih dulu dikuasai oleh Belanda, seperti Ambon, Sangir, dan Manado. Akan tetapi jumlah orang yang dibabtis sampai saat itu belum ada. Hal ini disebabkan karena komitmen mereka akan pengejaran yang benar dan keyakinan yang kokoh dalam Kristus akan dicapai jika mereka dibaptis dengan pemahaman yang benar. Buah iman dari pelayanan mereka adalah dibaptisnya empat orang anak Toraja dari golongan parenge’ yang telah mengikuti katekisasi dalam waktu yang cukup lama. Anton tidak seperti pendeta-pendeta yang diutus dari Makassar di Makale. Ia sangat mementingkan kualitas iman yang lahir dari pemahaman yang benar akan iman Kristen, itulah sebabnya ia menolak membaptis keempat pemuda ini pada awalnya, ia memaksa mereka untuk harus ikut pelajaran Katekisasi dulu, jika mereka tidak ingin mereka boleh pergi ke Makale dan dibaptis oleh pendeta lain di sana.
Bersama Jemaat
Tantangan Injil di Toraja pada waktu itu ialah adat-istiadat Toraja dan terutama golongan orang-orang yang menikmati aturan-aturan adat tersebut. Mereka antara lain to parenge’ dan to Minaa (imam aluk Todolo). Selain itu ada juga tantangan dari sesama orang Kristen dan Belanda yang bekerja untuk pemerintah Hindia Belanda. Sekalipun mereka Kristen namun iman mereka bukanlah iman Kristen. Tingkah laku mereka sangat memalukan dan membuat orang-orang Kristen lainnya menjadi malu. Akan tetapi bagaimanapun juga pekerjaan pasangan penginjil ini tidak sia-sia, ini terbukti dengan didirikannya puluhan sekolah dengan jumlah murid ratusan orang.
Pada tanggal 26 juli 1917 Antonie Aris van de Loosdrecht menghembuskan nafas terakhirnya di Bori’. Sungguh suatu peristiwa yang sangat disayangkan harus terjadi. Misionaris ini meninggal setelah mengalami pendarahan yang hebat akibat luka tusukan tombak yang mengenai jantungnya.
Kronologis peristiwa tersebut di mulai ketika Anton pada hari tersebut berencana berangkat ke beberapa wilayah kerjanya, yaitu Nanggala, kemudian ke Balusu lalu mengakhiri perjalanannya di Bori’. Entah mengapa rencananya ini diubah, ia tidak berangkat ke Nanggala dulu, tetapi ia berangkat ke Bori lebih dahulu. Kira-kira jam empat sore ia berangkat ke Bori’ dan tiba di sana sekitar jam lima sore. Setelah mandi di kali belakang rumah guru sekolah, ia kemudian duduk-duduk di beranda rumah guru bersama dengan guru sekolah di Bori’. Mereka mendiskusikan beberapa cerita-cerita Alkitab yang akan diterjemahkan kedalam bahasa Toraja.
Ketika hari mulai gelab, tiba-tiba seseorang yang wajahnya telah dilumuri dengan arang sehingga menjadi sangat hitam dan sulit untuk dikenali, melompat ke beranda rumah tersebut. Tidak lama kemudian ia menghujamkan tombaknya ke dada Anton. Anton terjatuh dari atas kursi dan sang pembunuh melarikan diri. Saat itu ia terluka parah, salah seorang murid bermaksud untuk memanggil istri Anton di Barana’, namun Anton melarangnya ia berkata “Tidak usah! Sebentar lagi saya akan mati, sampaikan salam saya kepada Istri yang sangat saya cintai dan juga anak-anak saya, sekarang tinggalkan saya sendiri, saya ingin berdoa”. Dalam keadaan berdoa inilah Anton menghembuskan nafas terakhirnya. Darah seorang MARTIR telah tertumpah di Tana Toraja, untuk apa dan mengapa?
Menurut kesaksian dari beberapa orang, termasuk istri Anton, Kepala Polisi, dan bahkan pengakuan dari para pembunuh itu, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembunuhan itu adalah sebuah pembunuhan berencana yang tujuannya memancing pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda. Peristiwa ini merupakan imbas dari keputusan pemerintah Hindia Belanda akan pembatasan hari perjudian. Sebelumnya pemerintah memberi isin dua belas hari untuk mengadakan perjudian, namun kemudian dikurangi menjadi empat hari. Akibatnya beberapa orang yang sudah sangat kecanduan terhadap judi bersumpah untuk membunuh controuler (wakil pemerintah Hindia Belanda, setingkat Camat). Dalam perjalanan mereka ke Rantepao pada sore tersebut, mereka melihat kedatangan Anton yang adalah orang Belanda, maka muncullah niat untuk juga membunuh Anton. Sungguh sangat disayangkan hal ini terjadi sebab ternyata pembunuh Anton adalah orang yang kenal dekat dengannya, bahkan anak dari pembunuh ini sangat rajin ke sekolah.
kisah perjuangan Anton dan Ida van der Loosdrecht yang rela menyeberangi lautan meninggalkan keluarga dan orang-orang yang disayangi demi masyarakat Toraja yang tidak pernah mereka kenal sebelumnya, menjadi bagian yang perlu kita teladani. Sungguh suatu pelayanan yang tidak akan pernah dapat dibalas oleh masyarakat Toraja secara umum dan Gereja Toraja secara khusus. Injil yang bertumbuh dan menjadi dasar terbentuknya Gereja Toraja adalah Injil yang dihiasi dengan darah MARTIR Anton Aris van der Loosdrecht.
Sumber:http://ceritapengharapan.com
»»   Selengkapnya...