Sabtu, 13 April 2013

Perlu Hadiah 1 Milyar bagi Yang Menemukan Pelanngaran Unas

Upaya pemerintah nampaknya tak henti-hentinya dalam meningkatkan kualitas pendidikan.Ebtanas/Unas yang sekarang diganti istilah UN (ujian nasional) sebagai salah satu alat ukur keberhasilan pendidikan nasional nampaknya perlu mendapatkan penjagaan sangat ketat mulai dari pembuatan soal,pengetikan,penggandaan sampai dengan distribusi.
Belajar dari tahun ajaran terdahulu kalau mau jujur sebenarnya dari SMS yang beredar malam hari sebelum pelaksanaan UN sangatlah mudah menentukan bocor tidaknya naskah UN, tapi nampaknya banyak pihak tidak berani resiko, karena jika benar-benar dibuktikan ada jawaban yang kebenarannya mendekati 100% dan tanggal dan jam SMS terjadi sebelum pelaksanaan Unas maka secara logika itu berarti soal UN bocor dan resikonya harus mengulang dengan biaya tinggi.Rekaman data sirkulasi pengiriman SMS tentunya masih bisa di buka ulang melalui provider masing-masing operator telepun seluler.
Terus sampai kapan ketidak jujuran pendidikan ini di jalankan. Karena sekolah menerima siswa atau mahasiswa hanya berdasar nilai UN maka nilai UN harusnya akurat mencerminkan kompetensi seorang siswa,namun faktanya tidak jarang di temukan sejumlah siswa adalah dari siswa yang tidak layak, di temukan beberapa siswa yg pengetahuan dasar berhitungnya sangat lemah tapi nilai UN matematikanya mendekati nilai sempurna 10 bahkan ada yang sempurna 10. Ditunjang dengan sistem penilaian di sekolah yang mengacu pada pemberian remidi secara terus menerus sampai siswa mencapai nilai KKM (Kriteriaketuntasan minimal) yang ditetapkan sekolah, maka biasanya guru praktis tidak memberi remidi berlebihan karena sangat membebani tugas guru dan secara praktis siapapun siswanya,seminim apapun niat dan kemampuanya menjadi tidak pernah diperhitungkan selemah apapun kondisi siswa nilai minimalnya tetap KKM. Bahkan beberapa sekolah supaya kelihatan punya kualitas yang baik mematok nilai KKM 85, itulah sebuah kondisi sinergi yang melemahkan pendidikan.Kalimat yang paling ekstrim adalah Pendidik-pendidik yang tidak jujur tidak akan pernah melahirkan generasi yang jujur.
Upaya pemerintah mengangkat kualitas UN dengan membuat 20 variasimodel soal berbeda harusnya di sambut oleh kejujuran sekolah,tapi sayang banyak sekolah dalam keseharian tidak menjalankan pembelajaran dengan baik,maka ketika UN di kumandangkan maka kepanikan luar biasa akan terjadi pada siswa, guru dan kepala sekolah. Hal ini sangatlah berbeda dengan sekolah favorit yang terbiasa disiplin. Pembelajaran yang optimal dalam keseharian mengakibatkan banyak terjadi tranfer ilmu dari guru ke siswa. Keadaan pendisiplinan belajar inilah yang mengakibatkan ketika UN di kumandangkan sekolah-sekolah tersebut tidak pernah panik. Sungguh sangat berbeda dengan sekolah yang amburadul yang biasa ditunjukan dengan tak terkontrolnya siswa bolos tak terkontrol ke ajegan guru mengajar di kelas,tak terkontrol kompetensiguru. Sekolah yang amburadul biasanya gurunya mati-matian berusaha membantu siswa dengan segala cara curang. Guru pemalas memandang tindakan membantu curang siswa dalam UN adalah tindakan mulia. Menjadi sangat mengerikan jika jumlah sekolah yang amburadul jauh lebih banyak dibanding sekolah yang ideal.
Kalau sistem UN yang baru ini berjalan sesuai program dan kecurangan pelaksanaan UN bisa di limitkan dan grade nilai ditiadakan secaraumummaka dapat di prediksi jika nanti harus ada ujian ulang masal, karena sebagian besar hasil UN di bawah standar,dan ini bukan salah pak Menteri Pendidikan karena ini adalah akumulasi dari kualitas pendidikan beberapa tahun sebelumnya yang selalu bangga dengan lulus 100% walau harus menanggalkan kejujuran. Jika betul ada her masal sebuah langkah cerdas adalah tetap membedakan anak yang lulus langsung dan anak yang lulus dari ujian ulang, sebuah konsep yang sangat lemah dan tidak bijak jika nilai hasil her (ujian ulang) melebihi nilai anak yang lulus tanpa ujian ulang. Alternatif lain adalah menyerahkan sepenuhnya kelulusan siswa pada menegemen sekolah masing-masing,sedangkan nilai murni UN hanya dokumen pelengkap, sehingga jika seorang anak nilainya UN redah maka masih bisa lulus sekolah dengan langkah ini ujian ulang masal bisa di hindari.Hal ini masih sangat mungkin karena masyarakat dunia usaha akan menyeleksi kualitas seseorang minimalnya dari 3 unsur yakni: 1.Nilai dari sekolah ijasah/raport 2.Nilai Unas/UN 3.Kecakapan/kompetensi individu yang bisa diketahui melalui tes langsung.
Beberapa catatan langkah-langkah yang berindikasi curang yang biasa dilakukan beberapa sekolah menjelang ebtanas/unas tahun-tahun terdahulu seperti dibawah ini:
a.Menghimpun no HP siswa untuk tujuan komunikasi dengan siswa,bisa perwakilan di tiap ruang atau seluruhnya.sekolah yang demikian ini biasanya siswa di biarkan membawa HP masuk ruang UN.
b.Mengkondisi tempat duduk lebih mampat dan sudah diatur anak yang lebih pandai di kelilingi anak yang kurang untuk tujuan siswa bisa saling contoh secara alami.
c.Untuk menulis jawaban yang didapat malam hari ketika dengan 5 model soal siswa hanya butuh 3 cm x 5 cm kertas.dengan 20 model soal berarti siswa hanya butuh kertas seluas 12x 5 cm.Jikabenar-benarkodesoal di menggunakanbarkut maka distribusi bocoran jawab akan sulit jika dg sms, diprediksi lebih banyak menggunakan Foto copy atau scaner dan didalam ruang UN akan semarak banyak kertas-kertas repekan (kertas jawab untuk curang).
d.Kepala sekolah dalam pertemuan sub rayon secara langsung atau tidak biasanya mengarahkan atau mengharapkan guru mengawas seperti anaknya sendiri, ini biasanya bergeser menjadi anjuran yang agak memaksa, karena faktanya ada guru yang berseberangan dan nyatanya tahun ajaran berikutnya tidak di beri jam mengajar.
e.Kecurangan dengan cara sengaja menetapkan pola pembagian soal sehingga anak tertentu akan mendapat soal tertentu sesuai pola yang direncanakan.
f.Petugas TIM Independen pengawasan UN sangat heterogen ,kurang profesional dan kurang bisa diharapkan fungsinya,terkondilsi terlalu dekat dengan managemen sekolah yang berimbas ewuh-pakewuh berlebihansehingga dalam tugasnya memantau pelaksanaan UN kurang optimal dan kurang objektif.
Upaya curang dari banyak pihak di tingkat manapun untuk lulus 100% sebenarnya hanya karena tertanamnya paradigma lama, karena pucuk pimpinan hanya melihat keberhasilan pengelolaan pendidikan dengan indikator kelulusan 100% dan sebaliknya jarang melihat keberhasilan dari proses pendidikan dan ini adalah bentuk paradigma yang salah mutlak, oleh karena itu dilapangan, kepala sekolah mati-matian harus mempertahankan siswanya lulus 100% dengan cara apapun karena pertanggung jawabanya pada managemen Dinas Pendidikan kota dan karena Dinas Penndidikan harus mempertanggung jawabkan keberhasilanya pada bupati atau wali kota, dan seterusnya sampai pada tingkat Propinsi, menteri, pemerintah,dan juga masyarakat punya kebiasaan harapan lulus 100%.Apa artinya lulus 100% jika faktanya kompetensi siswa masih lemah dan kerusakan moral di masyarakat semakin nyata baik dari kuantitas maupun kualitasnya.Paradigma baru mengharapkan pendidikan yang rasional profesional dapat meluluskan siswa yang memiliki kompetensi optimal nyata dengan mengedepankan kejujuran proses. Sudah saatnya semua permasalahan pendidikan dan khususnya pro kontra tentang kebocoran soal UN harus di selesaikan dengan hati yang jujur tanpa mengedepankan kepentingan pribadi atau melindungi jabatan.
Konsep baru UN di kawal dengan peraturan-peraturan yang mengikat semua pihak untuk takut curang karena adanya ancaman sampai di pidanakan, InsyaAllah pelaksanaan UN tahun ajaran sekarang 2012-2013 ini tidak sia-sia membuang dana tanpa bisa memilah kualitas generasi prestasi .Kita semua harus siap malu jika dengan konsep pelaksanaan UN yang rapi dan terkontrol di tahun ajaran 2012-2013 ini ternyata hasilnya banyak siswa yang nilainya di bawah standar itulah kondisi nyata yang harus kita terima salah satu penyebabnya adalah saking lamanya kita semua terbuai dengan kepalsuan.ini awal untuk introspeksi diri untuk kedepanya berbenah diri untuk kebaikan pendidikan yang menjadi tulang punggung pembangunan negara dan bangsa.
Hadiah 1 Milliar untuk yang menemukan pelanggaran UN hanyalah sebuah wacana dan angan-angan karena melihat betapa pentingnya pelaksanaan UN dengan jujur karena dengan kejujuran dapat memilah mengklasifikasi anak-anak yang berbakat untuk mengembangkan negeri ini. bukanlah sesuatu harus diserahkan pada ahlinya ?,maka melindungi anak cerdas dan mengarahkansesuaibakatnya adalah sangat mulia dibanding guru pemalas yang dalam keseharian malas mengajar danbiasanyalebihsenangmenjadipahlawankesiangan mermembantu kecurangan, tindakan itu sebenarnya adalah kebaikan yang sia-sia bahkan berdosa karena merampas hak anak yang lebih pandai .Tidak jarang siswa yang lebih pandai dianjurkan memberitahu jawab pada siswa yang kurang dan faktanya hasil UN jauh lebih tinggi nilai anak yang nyontoh dari pada yang menycontohi. Disini peran siswa pandai adalahikut mengawasi, melaporkan siapa saja yang curang/memberi jawab ,hal ini harus benar-benar di jaga supaya semuanya adil sesuai upaya &kemampuannya. Semoga pendidikan menjadi lebih baik. Amin. (08.00/ 10april2013)
Surabaya,10 april 2013
Penulis Drs.Nuryanto
 nuryantodrs at gmail.com
08819000123/03170884406

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar