TNO-MAKASSAR-- Jaringan teroris Poso, Sulawesi Tengah, disinyalir banyak ke Sulsel. Setelah penyergapan di pelataran Masjid Nur Alfiah RS Wahidin Sudirohusodo, Tim Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri, diam-diam melakukan penyergapan di Kelurahan Kalosi, Kecamatan Alla, Kabupaten Enrekang. Dua orang ditangkap di daerah tersebut.
Kedua orang yang ditangkap tersebut, saat berada di salah satu tempat pengisian bahan bakar umum di Kelurahan Kalosi, yaitu, Sarifuddin dan Fadli. "Iya, benar dua orang berhasil ditangkap tadi malam (Jumat, 4 Januari, malam). Asal usul keduanya belum saya tahu pasti, belum ada penyampaian," beber, Kepala Biro Penerangan Humas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Boy Rafli Amar, melalui ponselnya, Sabtu, 5 Januari.
Menurut, Boy Rafli, kedua orang yang ditangkap tersebut masih menjadi bagian dari empat orang sebelumnya yang disergap lebih dulu di masjid Nur Alfiah RS Wahidin Sudirohusodo dan Jalan Paccerakkang. "Sejauh ini tim densus masih melakukan pengembangan untuk mengungkap jaringan-jaringan teroris (Poso di Sulsel). Mereka di interogasi di Makassar. Untuk barang bukti belum kami ketahui," beber, Boy Rafli.
Kemarin pagi, kedua orang yang ditangkap tim berlambang burung hantu itu tiba markas Brimob Polda Sulsel. Keduanya langsung dimasukkan sel. "Masih diperiksa tim densus untuk dilakukan pengembangan," kata Kasat Brimob Polda Sulsel, Kombes Ramdani Hidayat.
Boy Rafli Amar, menambahkan, pergerakan kedua terduga teroris di Kalosi, Enrekang, sudah terpantau tim di lapangan. Keberadaan mereka diketahui setelah petugas mendapatkan informasi pasti dari tim di lapangan. Tidak hanya itu, berdasarkan data Detasemen Khusus, kedua orang ini sudah dipantau sejak masih berada di Poso. Keduanya berada di Poso untuk mengikuti pelatihan.
Pelatihan yang dilakukan kedua orang ini bersama beberapa anggota kelompok teroris di Poso terekam dalam sebuah foto-foto kegiatan. Dari foto-foto itulah tim yang berada di lapangan memantau seluruh pergerakan anggota kelompok terduga teroris yang sudah masuk ke Sulsel. "Jadi, penyergapan keduanya itu bersamaan dengan yang dilakukan di Makassar. Mereka masih jaringan dari Poso," jelasnya.
Menurut Boy, sapaan akrabnya, keberhasilan pengungkapan tim densus di lapangan ini bermula dari pengungkapan dua orang terduga teroris terkait upaya pelemparan bom di Monumen Mandala, November, lalu. Dari keterangan Andika dan Awaluddin, diketahui, kelompok-kelompok yang bertugas. Syamsudin alias Abu Uswah, diketahui merupakan pimpinan kelompok yang ada di Makassar.
Lelaki kelahiran Palopo 31 Mei 1978, diketahui merupakan pimpinan dari kelompok Makassar yang juga memberi bantuan untuk terorisme di Poso. Hasan alias Ahmad Kholil, diketahui merupakan jaringan kelompok Abu Umar. Lelaki kelahiran Palopo, 27 Juli 1977, itu merupakan penyuplai senjata api dari Filipina.
Informasi lain yang diperoleh, Yusuf Arbain, yang ditangkap tim densus di Jalan Paccerakkang, juga merupakan target utama tim khusus koorps baju cokelat itu.
Sementara, Ikhwan, diketahui merupakan orang dekat Yusuf Arbain, atau biasa disebut pembantu. Adapun Sarifuddin dan Fadli, hingga saat ini masih dilakukan pengembangan untuk mengetahui perannya dalam aksi teror.
"Pastinya mereka yang disergap itu, merupakan pengembangan dari penangkapan dua orang sebelumnya, Awaluddin dan Andika. Semua yang ditangkap merupakan jaringan Poso. Dari catatan kami, Sarifuddin dan Fadli, sempat berlatih di Poso," beber, Boy. Masih kata Boy, kamp-kamp pelatihan yang kerap disebut juga terdapat di Sulsel sama sekali tidak ada. "Tidak ada kamp-kamp pelatihan (teroris) di Sulsel," tandasnya.
Terkait upaya pemberangkatan keempat teroris yang ditangkap, disebut Boy, pihaknya belum memiliki agenda untuk menerbangkan keempatnya ke Jakarta. Pasalnya, sejauh ini tim detasemen khusus yang ditempatkan di Makassar, masih melakukan pemeriksaan. "Tim masih melakukan pemeriksaan untuk mengembangkan kasus-kasusnya itu. Kalau sudah dilakukan pemeriksaan, baru akan diterbangkan ke Jakarta," kuncinya. (abg/ars)
Kedua orang yang ditangkap tersebut, saat berada di salah satu tempat pengisian bahan bakar umum di Kelurahan Kalosi, yaitu, Sarifuddin dan Fadli. "Iya, benar dua orang berhasil ditangkap tadi malam (Jumat, 4 Januari, malam). Asal usul keduanya belum saya tahu pasti, belum ada penyampaian," beber, Kepala Biro Penerangan Humas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Boy Rafli Amar, melalui ponselnya, Sabtu, 5 Januari.
Menurut, Boy Rafli, kedua orang yang ditangkap tersebut masih menjadi bagian dari empat orang sebelumnya yang disergap lebih dulu di masjid Nur Alfiah RS Wahidin Sudirohusodo dan Jalan Paccerakkang. "Sejauh ini tim densus masih melakukan pengembangan untuk mengungkap jaringan-jaringan teroris (Poso di Sulsel). Mereka di interogasi di Makassar. Untuk barang bukti belum kami ketahui," beber, Boy Rafli.
Kemarin pagi, kedua orang yang ditangkap tim berlambang burung hantu itu tiba markas Brimob Polda Sulsel. Keduanya langsung dimasukkan sel. "Masih diperiksa tim densus untuk dilakukan pengembangan," kata Kasat Brimob Polda Sulsel, Kombes Ramdani Hidayat.
Boy Rafli Amar, menambahkan, pergerakan kedua terduga teroris di Kalosi, Enrekang, sudah terpantau tim di lapangan. Keberadaan mereka diketahui setelah petugas mendapatkan informasi pasti dari tim di lapangan. Tidak hanya itu, berdasarkan data Detasemen Khusus, kedua orang ini sudah dipantau sejak masih berada di Poso. Keduanya berada di Poso untuk mengikuti pelatihan.
Pelatihan yang dilakukan kedua orang ini bersama beberapa anggota kelompok teroris di Poso terekam dalam sebuah foto-foto kegiatan. Dari foto-foto itulah tim yang berada di lapangan memantau seluruh pergerakan anggota kelompok terduga teroris yang sudah masuk ke Sulsel. "Jadi, penyergapan keduanya itu bersamaan dengan yang dilakukan di Makassar. Mereka masih jaringan dari Poso," jelasnya.
Menurut Boy, sapaan akrabnya, keberhasilan pengungkapan tim densus di lapangan ini bermula dari pengungkapan dua orang terduga teroris terkait upaya pelemparan bom di Monumen Mandala, November, lalu. Dari keterangan Andika dan Awaluddin, diketahui, kelompok-kelompok yang bertugas. Syamsudin alias Abu Uswah, diketahui merupakan pimpinan kelompok yang ada di Makassar.
Lelaki kelahiran Palopo 31 Mei 1978, diketahui merupakan pimpinan dari kelompok Makassar yang juga memberi bantuan untuk terorisme di Poso. Hasan alias Ahmad Kholil, diketahui merupakan jaringan kelompok Abu Umar. Lelaki kelahiran Palopo, 27 Juli 1977, itu merupakan penyuplai senjata api dari Filipina.
Informasi lain yang diperoleh, Yusuf Arbain, yang ditangkap tim densus di Jalan Paccerakkang, juga merupakan target utama tim khusus koorps baju cokelat itu.
Sementara, Ikhwan, diketahui merupakan orang dekat Yusuf Arbain, atau biasa disebut pembantu. Adapun Sarifuddin dan Fadli, hingga saat ini masih dilakukan pengembangan untuk mengetahui perannya dalam aksi teror.
"Pastinya mereka yang disergap itu, merupakan pengembangan dari penangkapan dua orang sebelumnya, Awaluddin dan Andika. Semua yang ditangkap merupakan jaringan Poso. Dari catatan kami, Sarifuddin dan Fadli, sempat berlatih di Poso," beber, Boy. Masih kata Boy, kamp-kamp pelatihan yang kerap disebut juga terdapat di Sulsel sama sekali tidak ada. "Tidak ada kamp-kamp pelatihan (teroris) di Sulsel," tandasnya.
Terkait upaya pemberangkatan keempat teroris yang ditangkap, disebut Boy, pihaknya belum memiliki agenda untuk menerbangkan keempatnya ke Jakarta. Pasalnya, sejauh ini tim detasemen khusus yang ditempatkan di Makassar, masih melakukan pemeriksaan. "Tim masih melakukan pemeriksaan untuk mengembangkan kasus-kasusnya itu. Kalau sudah dilakukan pemeriksaan, baru akan diterbangkan ke Jakarta," kuncinya. (abg/ars)
posting : Fajar Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar