Senin, 26 Desember 2011

Situs Liang Datu Kabupaten Enrekang Sul-Sel
Oleh : Drs. Hasanuddin, M.Hum dan Tim

Situs Leang Datu secara administratif berada di Desa Palakka Kecamatan Maiwa. Desa ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dan empat dengan melewati sebagian kecil  jalan aspal dan sebagian besar jalan pengerasan. Namun kondisi jalan yang masih rusak sehingga masih agak sulit untuk dijangkau. Secara astronomis situs ini terletak pada titik  S 03º338'04,6" dan E 119º 49'24,6" dengan ketinggian 442 m dpl. Jarak situs dari jalan pengerasan sekitar ±1 km. Untuk menuju ke situs berjalan kaki melewati perkebunan, sungai, hutan, lereng-lereng dan jurang yang terjal yang banyak ditumbuhi pohon coklat, pohon durian, pohon langsat, semak belukar dan pohon-pohon liar lainnya. Leang Datu merupakan gua  yang berfungsi sebagai tempat penguburan. Di depan gua merupakan jurang yang terjal yang ditumbuhi pohon-pohon liar dan semak belukar.  
Mulut gua menghadap tenggara dengan orientasi 130º yang ukuran lebarnya 132,2 m,  tinggi 340 cm dan kedalaman 23 m. Di langit-langit gua terlihat masih ada tetesan air dengan kondisi gua agak lembab. Di lantai gua terlihat banyak kotoran kalelawar.Terdapat 27 Duniyang ditemukan dalam gua. Sebagian besar Duni tersebut masih terisi tulang belulang manusia. Kayu Duni berasal dari kayu bitti dan cendana.
Berdasarkan tabel di atas, terdapat tiga bentuk Duniyang ditemukan di Leang Datu, yakni atap rumah, perahu, dan perahu ujung melingkar.Bentuk atap rumah terlihat menyerupai bentuk atap rumah adat suku toraja secara umum.Sedangkan bentuk perahu menyerupai perahu yang dasarnya berbentuk setengah oval, namun di bagian ujungnya masing-masing terlihat rata. Perahu ujung melingkar, hampir sama bentuknya dengan perahu. Namun di bagian ujung masing-masing berbentuk lingkaran.Menurut informasi salah satu masyarakat setempat, bahwa bentuk perahu ujung melingkar diperuntukkan untuk wadah penguburan perempuan.
Berdasarkan data tersebut di atas, terlihat bahwa persentase bentuk atap rumah 26%, dibandingkan dengan perahu hanya 7% dan perahu ujung melingkar hanya 4%. Sedangkan 63 % di antaranya tidak diketahui, yakni tanpa penutup 26% dan tidak teridentifikasi karena rusak 37 %.Pada bagian wadah, 63% di antaranya berbentuk balok, sedangkan yang tidak teridentifikasi karena rusak 37 %.Kondisi penutup duni48% yang telah rusak, sedangkan yang utuh hanya 19 %.Pada bagian wadah yang utuh hanya 33 %, sedangkan yang rusak 67 %.

Sumber : Balai  Arkeologi Makassar

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar