Minggu, 17 Maret 2013

Alat pengolah Makanan Dalam Pelayaran Tradisional Pelaut Sulsel

TNO-Sulsel, Gelar pelaut ulung yang melekat di leluhur masyarakat Bugis Makassar sampai saat ini masih terbukti melihat dari rekam jejak sejarah para pelaut masa lampau di Pulau Bonerate, sebuah gugusan pulau kecil paling terluar di semenanjung Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan. Masyarakat pelaut yang berada di pulau ini terkenal dengan kepiawaian dan kemahirannya mendesain rancang bangun beraneka ragam perahu berukuran variatif berdasarkan selera asal pemesannya. Salah satu perahu ternama asal Pulau Bonerate yang pernah dikenal mengarungi bahtera nusantara negeri ini adalah,  “Perahu Lambo”. Perahu tradisional yang penamaannya pun, kini nyaris tak lagi pernah disebut-sebut. Beberapa literatur menyebutkan, Pada masa lampau, nelayan Pulau Bonerate tercatat sebagai kelompok pelaut yang tergolong tangguh di dalam membelah samudera laut luas dengan hanya mengandalkan perahu kayu dengan fasilitas layar seadanya ini.
Penggilingan jagung Pulau BonerateKota Surabaya menjadi salah satu daerah yang paling banyak dijejali oleh para pelaut asal pulau terluar di Kabupaten Kepulauan Selayar ini terutama, disaat mereka akan berbelanja barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari. Harga kebutuhan pokok di Kota Surabaya, jauh lebih terjangkau ketimbang harga kebutuhan pokok di Ibukota Kabupaten Kepulauan Selayar sendiri. Tak heran, bila warga masyarakat Pulau Bonerate lebih memilih untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari mereka di ibukota Jawa Timur itu. Untuk sampai kesana, mereka harus menghabiskan waktu selama kurang lebih dua puluh satu hari menempuh samudera. Dalam pelayaran panjang itu, mereka memenuhi kebutuhan konsumsi mereka dengan membawa perbekalan makanan berupa jagung bersama alat pengolah makanan tradisional yaitu Penggiling jagung.
Gilingan jagung itu dipasang secara permanen di atas kapal untuk memudahkan proses pembuatan nasi jagung dan menghemat biaya selama dalam perjalanan laut sampai mereka tiba dengan selamat di kota tujuan. Setidaknya terdapat ratusan unit kapal dan perahu tradisional Pulau Bonerate yang dilengkapi dengan alat giling jagung berbahan baku batu dan seng. Uniknya, penggilingan itu diikatkan pada salah satu tiang kapal untuk menghindari alat terlempar saat badai gelombang memukul lambung kapal atau perahu yang hanya mengandalkan layar tanpa bantuan mesin sama sekali. Sampai saat ini, penggunaan alat giling jagung tradisional masih digunakan sebagian warga masyarakat setempat ketika melakukan pelayaran panjang. (reporta: Fadly Syarif / editor: Indra J mae)

Artikel Terkait



1 komentar:

Indra J mae mengatakan...

tabe, informasi ini dari http://kabarkami.com, Kenapa situs ini sulit mencantumkan sumbernya..?

Posting Komentar