Jumat, 15 Maret 2013

Percikan Perenungan : 100 Tahun Injil Masuk Toraja dan Kemiskinan Jemaat

TNO-Tana Toraja, Pagi itu seorang kakek dan cucunya tergopoh-gopoh meninggalkan rumahnya yang reot, disamping rumahnya bahkan berhimpitan ada dua petak kosong bekas kandang babi yang sudah tidak dimilikinya lagi. Si Kakek dan cucunya rupanya menuju Gereja Jemaat "TENDENG" yang tidak jauh dari rumahnya, sesampainya di sana, sang kakek renta mengumbar senyum, dan hanya ditanggapi dingin beberapa orang warga Jemaat yang masih sibuk mengurusi jas dan dasinya, ehh. Ini Gereja kan? tanya sang cucu yang hanya bisa menggunakan sendal tua pemberian tetangga dekat rumahnya. Dijawab sang kakek, Ia, kenapa? cu'. Mereka semua sibuk urus pakaian dan sepatunya, kakek tidak ditegurnya. Dengan tersipu sang kakek menjawab seadanya, "Cepatlah masuk Cu, nanti kita terlambat". 

Setibanya dalam ruangan ibadah yang namanya Gereja, masih tampak lengang, hanya bagian belakang yang tampak sudah terisi. Inilah tradisi ! Tibalah saat ibadah, dan tak terasa kakek pun menangis? ada apa gerangan? Sang Pendeta bercerita tentang suka cita di surga, dan memberikan harapan-harapan yang indah....?!? Saat ibadah telah selesai, sang kakek mengajak cucunya untuk pulang, dan akhirnya mereka berdua menuju rumahnya dan tiba kembali di rumahnya yang sangat jauh berbeda kondisinya dengan harapan-harapan semua orang...Hidup Layak. 

Setelah menyapa sang istri, nenek bertanya ke cucunya, cu...apa yang diceritakan di gereja...spontan sang cucu menjawab  ..." Nek, belikan saya sepatu, dan baju baru!, sang nenek kaget, dia tertunduk lunglai disisi sang kakek yang mulai murung. "Cu, kalau kakek dapat uang,yach. Kepasrahan nampak di wajah cucunya, yang tak pernah merasakan belaian ibu yang meninggal karena sakit. Kondisi seperti ini, kita masih sering jumpai, sangat kontras dalam jemaat, banyak perilaku yang sebenarnya bertentangan dengan hukum "KASIH" andalan sang Juruslamat. Siapakah yang miskin dan dimanakah Lembaga Gereja, atau hanya pada saat akan direnovasi baru ingat jumlah jemaatnya dan menutup mata terhadap kondisi jemaat, banyak jebakan-jebakan yang terkadang menjadi sandungan, Hiduplah meneladani Kristus, bukan seperti orang Farisi dan Orang Fasik. Perenungan Jangan Jadikan Gereja sebagai Pasar...Masih Ingatkah Kasus KOMPOR..?!!!!!! (fer)

Artikel Terkait



1 komentar:

LSM LEKAT mengatakan...

Pertanyaan besarx : Bisakah Lembaga Gereja "Mensejahterakan Jemaatnya?, Bagaimanakah Caranya?

Posting Komentar