Pekik kemerdakaan Indonesia telah berkumandang 67 tahun lalu setelah di proklamirkan oleh Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Banyak peran serta dari pejuang-pejuang dan rakyat Indonesia untuk terciptanya kemerdekaan bangsa ini. Nama-nama besar telah kita ketahui menjadi orang-orang di balik layar dalam terciptanya Kemerdekaan bangsa Indonesia dan pembuatan teks Proklamasi. Diantaranya adalah kakak beradik Alex dan Frans Mendur, siapakah mereka dan apa perannya?
Dua saudara Frans dan Alex Mendur adalah satu-satunya juru foto yang memotret peristiwa bersejarah proklamasi tanggal 17 Agustus 1945.
Tanggal 16 Agustus, berita seputar proklamasi akan diumumkan sudah santer terdengar di kalangan pemuda. Namun belum pasti, dimana proklamasi keesokan harinya akan dibacakan. Apakah di lapangan Ikada, atau di rumah Soekarno. Barisan Pelopor bahkan sudah diperintahkan untuk mengamankan lapangan Ikada yang saat ini dikenal sebagai kawasan Monas.
Ketika itu Frans Mendur adalah juru foto Asia Raya sedangkan saudara kandungnya, Alex Mendur, adalah juru foto kantor berita Domei. Keduanya mendapat informasi soal proklamasi di kediaman Soekarno, Jl Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta Pusat.
Kedua saudara kandung itu menempuh jalan yang berbeda ke lokasi pembacaan proklamasi. Saat itu Frans Mendur hanya memiliki tiga buah plat film (dulu belum ada rol film). Dia menjepret peristiwa bersejarah itu tiga kali. Saat Soekarno membacakan teks proklamasi bersama Hatta. Ketika Latief dan Suhud mengerek bendera merah putih dan satu lagi sama-sama foto pengibaran bendera, namun dengan latar belakang kumpulan masyarakat yang berjejal menyaksikan proklamasi.
Keduanya baru menyadari, hanya merekalah juru foto di tempat itu. Saat itu memang proklamasi berlangsung dengan spontan. Tanpa ada persiapan-persiapan khusus. Apalagi panitia, master of ceremony (MC) atau seksi acara. Mereka pun lupa mengundang jurnalis, kameramen atau wartawan untuk meliput peristiwa maha penting tersebut.
Usai proklamasi, nasib nahas menimpa Alex Mendur ia ditangkap dan kameranya dirampas oleh tentara Jepang. Pelat-pelat negatif karya Alex pun langsung dihancurkan. Beruntung Frans dapat lolos dan ia mengubur pelat-pelat negatif miliknya di halaman Kantor Asia Raya. Ketika tentara Jepang menggeledahnya, Frans berbohong. Dia mengaku negatif filmnya telah dirampas Barisan Pelopor pendukung Soekarno.
Ketika itu Frans Mendur adalah juru foto Asia Raya sedangkan saudara kandungnya, Alex Mendur, adalah juru foto kantor berita Domei. Keduanya mendapat informasi soal proklamasi di kediaman Soekarno, Jl Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta Pusat.
Kedua saudara kandung itu menempuh jalan yang berbeda ke lokasi pembacaan proklamasi. Saat itu Frans Mendur hanya memiliki tiga buah plat film (dulu belum ada rol film). Dia menjepret peristiwa bersejarah itu tiga kali. Saat Soekarno membacakan teks proklamasi bersama Hatta. Ketika Latief dan Suhud mengerek bendera merah putih dan satu lagi sama-sama foto pengibaran bendera, namun dengan latar belakang kumpulan masyarakat yang berjejal menyaksikan proklamasi.
Keduanya baru menyadari, hanya merekalah juru foto di tempat itu. Saat itu memang proklamasi berlangsung dengan spontan. Tanpa ada persiapan-persiapan khusus. Apalagi panitia, master of ceremony (MC) atau seksi acara. Mereka pun lupa mengundang jurnalis, kameramen atau wartawan untuk meliput peristiwa maha penting tersebut.
Usai proklamasi, nasib nahas menimpa Alex Mendur ia ditangkap dan kameranya dirampas oleh tentara Jepang. Pelat-pelat negatif karya Alex pun langsung dihancurkan. Beruntung Frans dapat lolos dan ia mengubur pelat-pelat negatif miliknya di halaman Kantor Asia Raya. Ketika tentara Jepang menggeledahnya, Frans berbohong. Dia mengaku negatif filmnya telah dirampas Barisan Pelopor pendukung Soekarno.
Setelah suasana aman, Frans mengambil negatif foto itu. Bukan perkara mudah untuk mencetak foto-foto tersebut. Jika ketahuan, sudah pasti tentara Jepang akan menghukum mati kedua saudara itu.
Alex dan Frans mencuri-curi kesempatan untuk mencetak foto itu di kamar gelap Kantor Berita Domei. Tanpa kerja keras keduanya tidak ada dokumentasi proklamasi kemerdekaan.
Kedua bersaudara ini merintis pendirian IPPHOS (Indonesia Press Photo Service) pada 2 Oktober 1946 di Jakarta.
Lewat lensa kamera miliknya berbagai momen penting seputar kemerdekaan terabadikan. Foto Soekarno saat hijrah ke Yogyakarta, Bung Tomo di Surabaya, hingga kembalinya pemerintahan republik ke Jakarta.
Frans pulang pergi Jakarta-Yogyakarta untuk mengabadikan berbagai peristiwa bersejarah. Berbagai hasil jepretannya kemudian ia titipkan kepada sejumlah pilot Filipina. Foto-foto itu kemudian termuat dalam berbagai media massa luar negeri. Hal inilah yang membuka mata dunia ada sebuah negara baru di Asia Tenggara yang tumbuh dan perjuang melawan penjajahan.
Alex dan Frans mencuri-curi kesempatan untuk mencetak foto itu di kamar gelap Kantor Berita Domei. Tanpa kerja keras keduanya tidak ada dokumentasi proklamasi kemerdekaan.
Kedua bersaudara ini merintis pendirian IPPHOS (Indonesia Press Photo Service) pada 2 Oktober 1946 di Jakarta.
Lewat lensa kamera miliknya berbagai momen penting seputar kemerdekaan terabadikan. Foto Soekarno saat hijrah ke Yogyakarta, Bung Tomo di Surabaya, hingga kembalinya pemerintahan republik ke Jakarta.
Frans pulang pergi Jakarta-Yogyakarta untuk mengabadikan berbagai peristiwa bersejarah. Berbagai hasil jepretannya kemudian ia titipkan kepada sejumlah pilot Filipina. Foto-foto itu kemudian termuat dalam berbagai media massa luar negeri. Hal inilah yang membuka mata dunia ada sebuah negara baru di Asia Tenggara yang tumbuh dan perjuang melawan penjajahan.
Jika Frans Mendur dulu tidak berbohong pada tentara Jepang, tidak akan ada foto-foto proklamasi Republik Indonesia. Frans Mendur adalah satu-satunya fotografer yang berhasil mengabadikan momen paling penting bagi Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 itu.
Lewat kameranya, Alex dan Frans Mendur berjuang banyak untuk republik ini.
Sumber : www.merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar