TRIBUNNEWS.COM,
MAKASSAR
- Setelah membakar kantor DPD Partai Golkar, massa juga membakar kantor
Wali Kota Palopo di Jalan Andi Jemma, Kota Palopo, Sulawesi Selatan.
Pihak Kepolisian Daerah (Polda) Sulsel, Minggu (31/3), langsung
mengerahkan dua kompi pasukan Brimob Polda.
"Beberapa waktu lalu kami mengerahkan 200 personel Brimob Polda Sulsel, dan hari ini kami kerahkan 200 lagi anggota Brimob Datasemen B dari kota Parepare serta sejumlah personel Polres terdekat," kata Kasat Brimob Polda Sulsel Kombes Pol Ramdani Hidayat, Minggu (31/3).
Secara terpisah, Wakil Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Kota Makassar, Zulkifli Hasanuddin, menilai pembakaran kantor Wali Kota Palopo dan sejumlah fasilitas umum lainnya, membuktikan bahwa pihak kepolisian sangat lemah dalam mengatasi setiap permasalahan yang terjadi di Indonesia khususnya di Sulsel.
"Polisi selalu saja kecolongan dalam mengendalikan massa yang anarkis, seharusnya sejak awal kepolisian sudah mengetahui hal ini akan terjadi karena polisi itu memiliki satuan intel. Apa sebenarnya pekerjaan Intel Polda dan Polres Palopo, kenapa hal ini bisa terjadi. Saya melihat Intel kepolisian tidak ada memiliki peran," ungkapnya.
Aksi pembakaran kantor Wali Kota Palopo dan sejumlah fasilitas umum lainnya, terjadi setelah rekapitulasi perhitungan suara di kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) kota Palopo, Sulsel, sekitar pukul 10.15 wita, untuk pemilu putaran ke II Wali Kota Palopo.
Kepala Bidang Humas Polda Sulsel, Komisaris Besar Endi Sutendi, mengatakan awalnya situas proses rekapitulasi berjalan lancar dan personel yang dikerahkan jumlahnya ribuan yakni, personil pengamanan terpadu sebanyak 656 orang, Polres Palopo 250 orang, Brimob Polda Sulsel 200 orang, Dalmas Luwu 35 orang, Dalmas Tator 42 orang dan Dalmas Lutra 29 orang.
"Dalam pengamanan ini pihak TNI AD juga dilibatkan dan dikerahkan sebanyak 50 orang, Sat Pol PP 30 orang, pemadam kebakaran 15 orang dan kesehatan 3 orang," kata mantan Wakapolrestabes Makassar ini.
Mantan Wadir Intelkam Polda Sulsel ini mengatakan, kondisi tidak kondusif sekitar pukul 13.00 Wita. Saat itu massa pasangan nomor urut 5 yakni Haidar Basir-Thamrin, sekitar 500 lebih, melakukan pelemparan batu dan bom molotov di kantor KPUD Palopo. Namun, dapat dipukul mundur oleh pasukan Dalmas dan petugas pengamanan lainnya.
"Saat petugas pengamanan berkosentrasi melakukan pengamanan di kantor KPUD, tiba-tiba ada aksi pembakaran yang terjadi di kantor Wali ?Kota Palopo, kantor Golkar, Kantor Harian Palopo Pos, dan Kantor Camat Wara Timur Palopo." jelas mantan Kapolresta Makassar Barat ini.
Massa pasangan urut satu, yakni Yudhas Amir-Ahmad Syarifuddin Daud jumalahnya sekitar 500 orang. Namun, maasa pasangan urut satu itu, dapat diatasi sehingga tidak terjadi benturan. Saat ini, kata Endi, pihak Kapolres palopo masih melakukan identifikasi pelaku pembakaran kantor walikota serta beberapa fasilitas umum lainnya.
»» Selengkapnya...
"Beberapa waktu lalu kami mengerahkan 200 personel Brimob Polda Sulsel, dan hari ini kami kerahkan 200 lagi anggota Brimob Datasemen B dari kota Parepare serta sejumlah personel Polres terdekat," kata Kasat Brimob Polda Sulsel Kombes Pol Ramdani Hidayat, Minggu (31/3).
Secara terpisah, Wakil Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Kota Makassar, Zulkifli Hasanuddin, menilai pembakaran kantor Wali Kota Palopo dan sejumlah fasilitas umum lainnya, membuktikan bahwa pihak kepolisian sangat lemah dalam mengatasi setiap permasalahan yang terjadi di Indonesia khususnya di Sulsel.
"Polisi selalu saja kecolongan dalam mengendalikan massa yang anarkis, seharusnya sejak awal kepolisian sudah mengetahui hal ini akan terjadi karena polisi itu memiliki satuan intel. Apa sebenarnya pekerjaan Intel Polda dan Polres Palopo, kenapa hal ini bisa terjadi. Saya melihat Intel kepolisian tidak ada memiliki peran," ungkapnya.
Aksi pembakaran kantor Wali Kota Palopo dan sejumlah fasilitas umum lainnya, terjadi setelah rekapitulasi perhitungan suara di kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) kota Palopo, Sulsel, sekitar pukul 10.15 wita, untuk pemilu putaran ke II Wali Kota Palopo.
Kepala Bidang Humas Polda Sulsel, Komisaris Besar Endi Sutendi, mengatakan awalnya situas proses rekapitulasi berjalan lancar dan personel yang dikerahkan jumlahnya ribuan yakni, personil pengamanan terpadu sebanyak 656 orang, Polres Palopo 250 orang, Brimob Polda Sulsel 200 orang, Dalmas Luwu 35 orang, Dalmas Tator 42 orang dan Dalmas Lutra 29 orang.
"Dalam pengamanan ini pihak TNI AD juga dilibatkan dan dikerahkan sebanyak 50 orang, Sat Pol PP 30 orang, pemadam kebakaran 15 orang dan kesehatan 3 orang," kata mantan Wakapolrestabes Makassar ini.
Mantan Wadir Intelkam Polda Sulsel ini mengatakan, kondisi tidak kondusif sekitar pukul 13.00 Wita. Saat itu massa pasangan nomor urut 5 yakni Haidar Basir-Thamrin, sekitar 500 lebih, melakukan pelemparan batu dan bom molotov di kantor KPUD Palopo. Namun, dapat dipukul mundur oleh pasukan Dalmas dan petugas pengamanan lainnya.
"Saat petugas pengamanan berkosentrasi melakukan pengamanan di kantor KPUD, tiba-tiba ada aksi pembakaran yang terjadi di kantor Wali ?Kota Palopo, kantor Golkar, Kantor Harian Palopo Pos, dan Kantor Camat Wara Timur Palopo." jelas mantan Kapolresta Makassar Barat ini.
Massa pasangan urut satu, yakni Yudhas Amir-Ahmad Syarifuddin Daud jumalahnya sekitar 500 orang. Namun, maasa pasangan urut satu itu, dapat diatasi sehingga tidak terjadi benturan. Saat ini, kata Endi, pihak Kapolres palopo masih melakukan identifikasi pelaku pembakaran kantor walikota serta beberapa fasilitas umum lainnya.