TNO-Makassar, Belum hilang dibenak kita aksi pengepungan dan penolakan FPI yang mengatasnamakan laporan warga menolak pembangunan Rehabilitasi Gedung Gereja Bunturannu di Makassar, kembali lagi terjadi aksi penyerangan terhadap Gedung Gereja Jemaat Bawakaraeng yang dulunya disebut Gereja Maros. Penyerangan itu berlangsung sekitar pukul 20.30 wita, dimana Ratusan Jemaat sedang malksanakan ibadah Minggu. Sungguh sebuah tindakan yang brutal. Puluhan orang (seperti dilansir dari berbagai media) memaksa masuk halaman gereja dan beradu mulut dengan petugas jaga, bahkan ada yang sempat ditangkap oleh securiti setempat, namun sempat dilepaskan para rekan mereka dengan mengeluarkan benda tajam dari dalam tas.
Rangkaian dua kejadian ini modsnya berbeda, dimana sebelumnya massa yang mengatasnamakan FPI dan warga, yang ini tidak diketahui OTK (Orang Tidak di-Kenal). Dari hasil pantauan di lapangan, TNO menemui salah seorang warga jemaat, dari penuturan jemaat yang beribadah tersebut, menyesalkan tindakan yang mengganggu hikmatnya ibadah yang mereka lakukan.
Walikota Fasilitasi Dialog
Terkait pengepungan di Gereja Bunturannu, Walikota Makassar Danny Pomanto sudah memfasilitasi pertemuan dengan para pihak. Hal ini sangat diapresiasi oleh beberapa kalangan, mereka utamanya merespon positif kegiatan ini untuk menghindari dampak yang lebih luas dan berpotensi konflik horizontal bernuansa SARA.
Himbauan LEKAT
Terjadinya dua aksi dalam waktu yang sangat berdekatan, mendapat tanggapan beragam dari berbagai pihak. Salah seorang aktifis LSM di Makassar yang sudah menetap di Tana Toraja ikut berpendapat. Sebut saja, Ryan sapaan akrab sang Direktus LSM Lekat, dia mengungkapkan tindakan pengepungan oleh ormas FPI dan warga itu mungkin juga karena miskomunikasi, dan sudah ada upaya maksimal dari Walikota Makassar untuk memfasilitasi pertemuan di kediaman pribadinya, kita semua harus menghargai itu. Akan tetapi tindakan penyerangan batu yang mengnai gerbang dan kaca jendela dimana ratusan jemat yang juga terdiri para wanita dan anak-anak adalah sebuah aksi TEROR. Lanjut dikatakannya " Saya kira aksi minggu kemarin adalah aksi TEROR yang tidak boleh kita tolerir. Semua pihak, utamanya para penegak hukum harus berupaya menemukan OTK yang sudah melakukan aksi Teror tersebut. Jangan dianggap remeh, karena mereka sudah melakukan pengrusakan dan pengancaman. Ini harus diusut tuntas dan ditindak tegas, demi memberikan jaminan keamanan terhadap warga yang sementara melaksanakan ibadah hari minggu". Saat ditanyai TNO mengenai hubungan kejadian sebelumnya dan minggu kemarin, Ryang kembali mengungkapkan " Kita tidak bisa buru-buru menyimpulkan, kita justru harus melihat apakah ada upaya pihak tak bertanggungjawab yang memang menginginkan makassar tidak aman dengan melakukan aksi teror rumah ibadah. Justru FPI harus juga membantu karena kami tahu setiap ormas bergerak selalu membawa atribut dan jelas surat aksi yang diketahui pihak kepolisian dan pihak terkait lainnya, jangan sampai disusupi !!!". Dalam beberapa hari ini di Makassar memeang terjadi kecemasan, tetapi kita berharap pemerintah Kota Makassar dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dan didukung FKUB, semoga.(tim2)
»» Selengkapnya...
Rangkaian dua kejadian ini modsnya berbeda, dimana sebelumnya massa yang mengatasnamakan FPI dan warga, yang ini tidak diketahui OTK (Orang Tidak di-Kenal). Dari hasil pantauan di lapangan, TNO menemui salah seorang warga jemaat, dari penuturan jemaat yang beribadah tersebut, menyesalkan tindakan yang mengganggu hikmatnya ibadah yang mereka lakukan.
Walikota Fasilitasi Dialog
Terkait pengepungan di Gereja Bunturannu, Walikota Makassar Danny Pomanto sudah memfasilitasi pertemuan dengan para pihak. Hal ini sangat diapresiasi oleh beberapa kalangan, mereka utamanya merespon positif kegiatan ini untuk menghindari dampak yang lebih luas dan berpotensi konflik horizontal bernuansa SARA.
Himbauan LEKAT
Terjadinya dua aksi dalam waktu yang sangat berdekatan, mendapat tanggapan beragam dari berbagai pihak. Salah seorang aktifis LSM di Makassar yang sudah menetap di Tana Toraja ikut berpendapat. Sebut saja, Ryan sapaan akrab sang Direktus LSM Lekat, dia mengungkapkan tindakan pengepungan oleh ormas FPI dan warga itu mungkin juga karena miskomunikasi, dan sudah ada upaya maksimal dari Walikota Makassar untuk memfasilitasi pertemuan di kediaman pribadinya, kita semua harus menghargai itu. Akan tetapi tindakan penyerangan batu yang mengnai gerbang dan kaca jendela dimana ratusan jemat yang juga terdiri para wanita dan anak-anak adalah sebuah aksi TEROR. Lanjut dikatakannya " Saya kira aksi minggu kemarin adalah aksi TEROR yang tidak boleh kita tolerir. Semua pihak, utamanya para penegak hukum harus berupaya menemukan OTK yang sudah melakukan aksi Teror tersebut. Jangan dianggap remeh, karena mereka sudah melakukan pengrusakan dan pengancaman. Ini harus diusut tuntas dan ditindak tegas, demi memberikan jaminan keamanan terhadap warga yang sementara melaksanakan ibadah hari minggu". Saat ditanyai TNO mengenai hubungan kejadian sebelumnya dan minggu kemarin, Ryang kembali mengungkapkan " Kita tidak bisa buru-buru menyimpulkan, kita justru harus melihat apakah ada upaya pihak tak bertanggungjawab yang memang menginginkan makassar tidak aman dengan melakukan aksi teror rumah ibadah. Justru FPI harus juga membantu karena kami tahu setiap ormas bergerak selalu membawa atribut dan jelas surat aksi yang diketahui pihak kepolisian dan pihak terkait lainnya, jangan sampai disusupi !!!". Dalam beberapa hari ini di Makassar memeang terjadi kecemasan, tetapi kita berharap pemerintah Kota Makassar dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dan didukung FKUB, semoga.(tim2)